Newsfeed

3 Oktober 2014

Materi Komputer dan Masyarakat


Part 1

Pada awalnya,komputer digunakan untuk menghitung dan digunakan untuk orang/instansi tertentu. Tetapi,Pada zaman sekarang computer dibutuhkan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari untuk memudahkan pekerjaan.

Komputer banyak digunakan dalam masyarakat di berbagai bidang :
1.Bidang Pendidikan, komputer digunakan sebagai alat bantu pembelajaran. Seperti :
- CBE (Computer Base Education) : e-learning, buku BSE untuk siswa sekolah.
- CAI  (Computer Assisted Instruction) : komputer digunakan oleh pengajar  untuk membantu proses pembelajaran, komputer digunakan untuk menyimpan data nilai-nilai siswa,materi pembelajaran, dan Soal-soal Latihan.
2.Bidang Sosial, komputer digunakan masyarakat untuk berkomunikasi. Seperti :
Social Networking : seperti Facebook,Twitter,Yahoo Messenger,dll.
- Voice mail (pesan suara) - E-mail (electronic mail)
- Forum - Teleconference 
3.Bidang Ekonomi, komputer digunakan sebagai berikut :
- Melihat nilai saham secara up to date
- Mempermudah perhitungan dalam jumlah yang banyak
- Transaksi jual-beli di Internet
- Proses pembayaran dengan kartu kredit secara elektronik
- Membantu pembuatan laporan keuangan,faktur,dan dokumen-dokumen lainnya.
4.Bidang Industri , komputer digunakan untuk membantu pembuatan produk, seperti :
- CAD ( Computer Aided Design) : untuk membantu mendesain produk yang akan diproduksi.
- CAM ( Computer Aided Manufacturing) : untuk meningkatkan produktivitas dalam pembuatan produk. Penggunaan Mesin atau Robot pada pabrik yang dapat dikendalikan oleh komputer.
5.Bidang Transportasi, komputer digunakan sebagai berikut :
- Membantu menghitung tarif yang harus dibayar penumpang.
- Mencetak tiket untuk dijual kepada calon penumpang.
- E-ticketing (tiket elektronik)
- Mengatur dan melihat arus lalu lintas
6.Bidang Hiburan dan Informasi, komputer banyak digunakan untuk :
- Mengatur alat permainan, seperti roller coster, dll.
- Mengolah data berupa teks,video,gambar,suara,dll. Untuk menyampaikan informasi agar dapat mudah diterima oleh orang lain
- Memperoleh data ramalan cuaca, seperti mengambil gambar dan panas awan dari satelit.

Selain memudahkan pekerjaan, pemakaian komputer dalam masyarakat juga menimbulkan dampak pada masyarakat itu sendiri.
1.Dampak Positif : 
- Memudahkan pekerjaan masyarakat dalam berbagai bidang.
- Pekerjaan menjadi lebih cepat selesai dan tepat.
- Pengiriman data yang lebih cepat dan aman
- Efisiensi tenaga kerja, karena pekerjaan dibantu oleh komputer.
- Memudahkan masyarakat untuk  berkomunikasi dan mendapatkan informasi.

2.Dampak Negatif :
- Masyarakat menjadi ketergantungan dengan komputer.
- Kurangnya lapangan kerja, karena tenaga kerja manusia digantikan oleh mesin/komputer.
- Isu pornografi dan SARA yang beredar dan dapat diakses dengan Internet. 
- Serangan hacker untuk merusak data atau dokumen dalam komputer.

Yang membuat dampak positif atau negatif tergantung pada pengguna atau user. Jika dimanfaatkan dengan tujuan yang baik dan benar,maka akan menghasilkan dampak positif. Sebaliknya,jika dimanfaat  dengan tujuan untuk merusak atau merugikan,maka akan menghasilkan dampak negatif.


Part 2

Digital divide yaitu suatu istilah yang menerangkan jurang perbedaan antara orang yang mempunyai kemampuan dalam hal akses, dan pengetahuan dalam penggunaan teknologi modern, dengan orang yang tidak berpeluang menikmati teknologi tersebut.

Menurut Inpres No.3 Tahun 2003 : Digital divide, yaitu keterisolasian dari perkembangan global karena tidak mampu memanfaatkan informasi.

Menurut Dr. Craig Warren Smith (Investor Group Against Digital Divide) : Digital divide (kesenjangan digital) yaitu kesenjangan antara mereka yang mendapatkan keuntungan dari teknologi dan mereka yang tidak mendapatkannya.

Menurut Donny B.U., M.Si : Istilah "digital divide" terbentuk untuk menggambarkan kesenjangan dalam memahami, kemampuan dan akses teknologi. Sehingga muncul istilah “the have” sebagai pemilik/penggunna teknologi dan “the have not” yang berarti sebaliknya.

Menurut Direktorat Pemberdayaan Telamatika Departemen Komunikasi dan Informatika.
Digital divide mempunyai arti sebagai kesenjangan (gap) antara individu, rumah tangga, bisnis, (atau kelompok masyarakat) dan area geografis pada tingkat sosial ekonomi yang berbeda dalam hal kesempatan atas akses Teknologi Informasi dan Komunikasi/TIK (Information and Communication Technologies/ ICT) atau telematika dan penggunaan internet untuk beragam aktivitas. Jadi, digital divide atau “kesenjangan digital” sebenarnya mencerminkan beragam kesenjangan dalam pemanfaatan telematika dan akibat perbedaan pemanfaatannya dalam suatu negara dan/atau antar Negara.

Menurut Sigit Widodo (SW) : Digital divide terjadi karena masalah infrastruktur. Namun ternyata ada hal-hal lain yang menyebabkannya. Dan salah satunya adalah masih kurangnya content berbahasa Indonesia.

Yayan Sopyan (YS) : kesenjangan digital berarti mengenai gap antara kelompok masyarakat yang bisa menikmati teknologi digital sebagai alat untuk bekerja, berkreasi, berkreativitas dan menikmati keuntungan-keuntuingan yang diberikan oleh teknologi digital, dan kelompok masyarakat yang sama sekali tidak mencicipi itu.
Penyebab Terjadinya Digital Divide :
1. Infrastruktur, Merupakan fasilitas pendukung, seperti infrastruktur listrik, internet, komputer dan lain. Contoh kesenjangan infrastruktur, orang yang punya akses ke komputer bisa bekerja dengan cepat. Ia bisa menulis lebih cepat ketimbang mereka yang masih menggunakan mesin ketik manual. Orang yang mempunyai akses ke komputer dan ke Internet, otomatis mempunyai wawasan yang lebih luas ketimbang mereka yang sama sekali tidak punya akses ke informasi di Internet yang serba luas.
2. Kekurangan Skill (SDM), Sdm sangat berpengaruh dalam ilmu teknologi dan informasi karena Sdm menentukan bisa tidaknya seorang mengoperasikan/mengakses sebuah informasi.
3. Kekurangan Isi (Konten) Materi Bahasa Indonesia, Content berbahasa Indonesia menentukan bisa tidaknya seorang dapat mengerti mengakses Internet. Di desa-desa, seperti petani-petani, nelayan mereka masih sangat kurang dalam menggunakan bahasa asing.
4. Kurangnya Pemanfaatan Akan Internet, kesenjangan digital, bukanlah semata-mata persoalan infrastuktur. Banyak orang memiliki komputer, tapi tidak menghasilkan apapun.
Misal, ada seorang remaja punya akses ke komputer dan Internet, Tapi yang dia lakukan hanya bermain games.
5. Finansial, penyebab terjadinya digital divide diatas dianggap tidak ada, tapi kemampuan keuangan untuk membeli atau menyewa peralatan digital tidak ada maka yang terjadi tidak ada yang dihasilkan dengan penguasaan teknologi. Contoh, seorang dari keluarga tidak mampu, untuk memenuhi kebutuhan primernya saja dalam kehidupan sehari-hari sudah sangat sulit, bagaimana mungkin dia memikirkan untuk memiliki komputer dan dapat mengakses ke Internet.

Digital Divide Dan Kaitannya Dengan E-Government :
Inpres No.3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan E-Government menyebutkan bahwa tuntutan perubahan merupakan motivasi e-government. E-Government merupakan pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi dalam proses pemerintahan yg akan meningkatkan efisiensi, efektifitas, transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan.

Inpres No.3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan E-Government pasal 5 menyebutkan bahwa : Dengan demikian pemerintah harus segera melaksanakan proses transformasi menuju e-government. Melalui proses transformasi tersebut, pemerintah dapat mengoptimalisikan pemanfaatan kemajuan teknologi informasi untuk mengeliminasi sekat-sekat organisasi  birokrasi, serta membentuk jaringan sistem manajemen dan proses kerja yang memungkinkan instansi-instansi pemerintah bekerja secara terpadu untuk menyederhanakan akses ke semua informasi dan layanan publik yang harus disediakan oleh pemerintah.

Dengan demikian seluruh lembaga-lembaga negara, masyarakat, dunia usaha, dan pihak-pihak berkepentingan lainnya dapat setiap saat memanfaatkan informasi dan layanan pemerintah secara optimal.

Untuk itu dibutuhkan kepemimpinan yang kuat atau keseriusan di masing-masing institusi atau unit pemerintahan agar proses transformasi menuju e-government dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.”
Dengan hadirnya e-government secara utuh diharapkan dapat mempermudah, memperlancar, dan menjadikan pelayanan kepada masyarakat menjadi efektif dan efisien. Disamping itu diharapkan  Indonesia mampu mengikuti perubahan ke arah globalisasi saat ini.

Perubahan-perubahan dalam tubuh Indonesia terjadi seiring dengan transformasi menuju era masyarakat informasi pada dunia. Hal ini sebagai akibat dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang semakin pesat sebagai dampak dari era globalisasi.

Penggunaan media elektronik sesungguhnya sangat dibutuhkan dalam masyarakat informasi. Oleh karena itu, Indonesia harus mampu menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan global tersebut sehingga masyarakat informasi dapat terwujud. Tapi jika Indonesia tidak mampu menyesuaikan diri dikhawatirkan adanya kesenjangan digital yang semakin melebar.
Dengan melihat isu digital divide, pengembangan e-government di Indonesia sangat penting. Pengembangan e-government itu sendiri menurut Inpres No.3/2003 merupakan upaya untuk mengembangkan penyelenggaraan kepemerintahan yang berbasis (menggunakan) elektronik dalam rangka meningkatkan kualitas layanan publik secara efektif  dan efisien. Melalui pengembangan e-government dilakukan penataan sistem manajemen dan proses kerja di lingkungan pemerintah  dengan mengoptimasikan pemanfaatan teknologi informasi.

Dampak Positif  Digital Divide

Dampak positif kesenjangan digital bagi sebagian orang/ lembaga/ pebisnis yang belum mengenal atau menerapkan teknologi sehingga termotifasi untuk ikut ambil bagian dalam peningkatan/penguasaan teknologi informasi. Teknologi informasi merupakan teknologi masa kini yang dapat menyatukan atau menggabungkan berbagai informasi, data dan sumber untuk dimanfaatkan sebagai ilmu bagi kegunaan seluruh umat manusia melalui penggunaan berbagai media dan peralatan telekomunikasi modern.

Dengan menggunakan berbagai media, peralatan telekomunikasi dan komputer, teknologi Informasi akan terus berkembang dan mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan dan peradaban umat manusia di seluruh dunia. Kemajuan peradaban manusia di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi pada abad informasi ini telah memudahkan manusia berkomunikasi antara satu dengan lainnya.

Dampak Negatif Digital Divide

Dampak negatif kesenjangan digital adalah bagi mereka yang mampu menghasilkan teknologi dan sekaligus memanfaatkan teknologi memiliki peluang lebih besar untuk mengelola segala sumber daya, sementara yang tidak memiliki teknologi harus puas sebagai penonton saja. Akibatnya yang kaya semakin kaya dan yang miskin tetap miskin.
Kemajuan Teknologi Informasi itu terlahir dari sebuah kemajuan zaman, bahkan mungkin ada yang menolak anggapan, semakin tinggi tingkat kemajuan yang ada, semakin tinggi pula tingkat kriminalitas yang terjadi. Kehadiran internet ditengah masyarakat menimbulkan dampak positif dan Negatif, ibarat sebilah pisau, tergantung pemakainnya. Bila digunakan untuk hal-hal yang benar dan bermanfaat akan sangat membantu menyelesaikan pekerjaan, tetapi jika jatuh ditangan orang jahat akan membahayakan orang lain. Misalnya ; Pembobolan Kartu Kredit. pembobolan kartu kredit dengan modus mencuri dan memalsukan kartu kredit. Perbuatan ini menimbulkan kerugian pada pemilik kartu Bank penerbit bahkan merugikan Negara.

Solusi Mengurangi Digital Divide :
Langkah yang terbaik untuk mengurangi kesejangan digital adalah
1. Menyiapkan masyarakat untuk bisa menangani, menerima, menilai, memutuskan dan memilih informasi yang tersedia.
2. Penyiapan kondisi psikologis bagi masyarakat untuk menerima, menilai, memutuskan dan memilih informasi bagi diri mereka sendiri akan lebih efektif dan efisien
3. Mendewasakan masyarakat untuk bisa mengelola informasi dengan baik. Dengan kemajuan teknologi informasi seseorang atau masyarakat akan mendapat kemudahan akses untuk menggunakan dan memperoleh informasi. Misalnya dengan mengadakan penyuluhan kesekolah-sekolah tentang penggunaan Internet.
4. Pembangunan fasilitas telekomunikasi antara kota dan desa, sehingga setiap masyarakat yang ingin mengakses informasi dapat tercapai dengan tersedianya fasilitas telekomunikasi yang memadai. Wartel dan Warnet memainkan peranan penting dalam mengurangi digital divide. secara berkelanjutan memperluas jangkauan pelayanan telepon dan internet, baik di daerah kota maupun desa.

Secara singkat solusi yang dapat digunakan untuk mengurangi digital divide, yaitu :
a. Penyedian infrastruktur yang memadai;
b. Memberikan penyuluhan tentang kemajuan teknologi informasi;
c. Pembangunan fasilitas telekomunikasi antara kota dan desa.

Kesimpulan
Di era globalisasi saat ini, kebutuhan teknologi dan jaringan komunikasi meningkat pesat mengharuskan setiap negara untuk dapat memberikan pelayanan yang berbasis elektronik kepada masyarakat dengan tujuan untuk mengefektif dan mengefisienkan pelayanan kepada masyarakat. Untuk itu di butuhkanlah e-government. Namun dalam pelaksanaannya ternyata masih banyak kendala, terutama terbatasnya ketersediaan infrastruktur yang justru mengakibatkan digital divide. Digital divide mempunyai arti sebagai kesenjangan (gap) antara individu, rumah tangga, bisnis, (atau kelompok masyarakat) dan area geografis pada tingkat sosial ekonomi yang berbeda dalam hal kesempatan atas akses teknologi informasi dan komunikasi/TIK (information and communication technologies/ ICT) atau telematika dan penggunaan internet untuk beragam aktivitas. Jadi, digital divide atau “kesenjangan digital” sebenarnya mencerminkan beragam kesenjangan dalam pemanfaatan telematika dan akibat perbedaan pemanfaatannya dalam suatu negara dan/atau antar Negara.

Solusi yang dapat dipakai untuk mengurangi digital divide ini, antara lain yaitu :
a. Penyedian infrastruktur yang memadai;
b. Memberikan penyuluhan tentang kemajuan teknologi informasi;
c. Pembangunan fasilitas telekomunikasi antara kota dan desa.






Literasi Informasi dan Literasi Digital

Kata Literasi informasi  merupakan terjemahan kata information literacy. Sebelum ini istilah yang digunakan dalam Bahasa Indonesia adalah melek huruf.

Sebagai hasil pertemuan Unesco muncullah definisi LI sebagai berikut :
Information literacy encompasses knowledge of one’s information concerns and needs, and the ability to identify, locate, evaluate, organize, and effectively create, use and communicate information to address issues or problems at hand; it is a prerequisite for  participating effectively in the Information Society,and is part of the basic human right of  life – long  learning.

Model Literasi Informasi
Keberadaan model memungkinkan untuk mengidentifikasi berbagai komponen serta menunjukkan hubungan antar komponen. Model juga dapat digunakan untuk menjelaskan apa yang di maksud dengan literasi informasi.

Model literasi informasi ada 4 yang terkenal yaitu :
1.      The Big 6
2.      Seven Pillars
3.      Empowering 8
4.      The Seven Faces of Information Literacy.

1. The Big 6
Model The Big 6 terdiri dari 6 tahap pemecahan masalah, pada masing-masing tahap dikelompokkan dua sublangkah atau komponen :
1. Definisi tugas : Definisikan masalah informasi yang dihadapi dan Identifikasi informasi yang diperlukan.
2. Strategi mencari informasi : Menentukan semua sumber yang mungkin dan Memilih sumber terbaik.
3. Lokasi dan akses : Tentukan lokasi sumber secara intelektual maupun fisik dan Menemukan informasi dalam sumber.
4. Menggunakan informasi : Hadapi, misalnya membaca, mendengar, menyentuh, mengalamati dan Ekstrak informasi yang relevan.
5. Sintesis : Mengorganisasikan dari banyak sumber dan Sajikan informasi
6. Evaluasi : Nilai produk yang dihasilkan dari segi efektivitas dan Nilai proses, apakah efisien

Model The Big 6 memiliki kekurangan yaitu merupakan produk komersial yang mensyaratkan hak cipta dan perlindungan merek dagang sehingga tidak dapat digunakan begitu saja. 


2. The Seven Pillars of Information Literacy

Model Tujuh Pilar hendaknya dilihat dari segi peningkatan mulai dari ketrampilan kemelekan  informasi dasar melalui  cara lebih canggih memahami serta menggunakan informasi.

Model 7 Pilar terdiri dari 2 himpunan ketrampilan yaitu : Mengetahui bagaimana menentukan lokasi informasi serrta mengaksesnya dan Mengetahui bagaimana memahami serta menggunakan informasi.

Mengetahui Bagaimana Menentukan Lokasi Informasi Serta Mengaksesnya. Empat pilar pertama terdiri atas ketrampilan dasar yang disyaratkan untuk menentukan lokasi serta akses informasi terdiri :
1. Merekognisi  kebutuhan informasi, mengetahui apa yang telah diketahui, mengetahui apa yang tidak diketahui dan mengidentifikasi kesenjangan antara yang diketahui dengan yang tidak diketahui
2. Membedakan cara mengatasi kesenjangan, mengetahui sumber informasi mana yang paling besar peluangnya memuaskan kebutuhan
3. Membangun strategi untuk menentukan lokasi informasi. Contoh bagaimana mengembangkan  dan memperbaiki strategi penelusuran yang efektif
4. Menentukan lokasi dan akses informasi, mengetahui bagaimana mengakses sumbert infotmasi dan memeriksa alat untuk akses dan temu balik informasi.

Mengetahui Bagaimana Memahami Serta Menggunakan Informasi. Pilar ke lima sampai ke tujuh merupakan ketrampilan tingkat lanjut yang diperlukan untuk memahami serta menggunakan informasi secara efektif :
5. Membandingkan dan mengevaluasi, mengetahui bagaimana mengases relevansi dan kualitas informasi yang ditemukan
6. Mengorganisasi, menerapkan dan mengkomunikasikan, mengetahui bagaimana merangkaikan informasi baru dengan informasi lama, mengambil tindakan atau membuat keputusan dan akhirnya bagaimana berbagi hasil temuan informasi tersebut dengan orang lain
7. Sintesis dan menciptakan, mengetahui bagaimana  mengasimilasikan informasi dari berbagai jenis sumber untuk keperluan menciptakan pengetahuan baru. Bila di gambar hasilnya sebagai berikut

Ketrampilan dasar literasi informasi (pilar 1 sampai 4) merupakan dasar bagi semua isu dan topik, dapat diajarkan pada semua tingkat pendidikan. Ketrampilan tersebut juga diperkuat dan diperkaya melalui penggunaan berkala serta pembelajaran sepanjang hayat, umumnya melalui program dan sumber yang disediakan oleh perpustakaan. Untuk mencapai pilar 5 sampai 7, tantangan yang dihadapi lebih besar karena keanekaragaman orang.





3. Empowering Eight (E8)

Tujuannya adalah mengembangkan model literasi informasi yang akan digunakan untuk negara-negara Asia Tenggara dan Selatan. Model  yang dikembangkan disebut Empowering Eight karena mencakup 8 komponen menemukan dan menggunakan informasi.

Empowering 8 menggunakan pendekatan pemecahan masalah. Literasi informasi terdiri dari kemampuan untuk :
1. Identifikasi topik/subye,  sasaran audiens, format yang relevan, jenis-jenis sumber
2. Eksplorasi sumber dan informasi yang sesuai dengan topik
3. Seleksi dan merekam informasi yang relevan, dan mengumpulkan kutipan-kutipan yang sesuai
4. Organisasi, evaluasi dan menyusun informasi menurut susunan yang logis, membedakan antara fakta dan pendapat, dan menggunakan alat bantu visual untuk membandingkan dan mengkontraskan informasi
5. Penciptaan informasi dengan menggunakan kata-kata sendiri, edit, dan pembuatan daftar pustaka
6. Presentasi, penyebaran atau display informasi yang dihasilkan
7. Penilaian output, berdasarkan masukan dari orang lain
8. Penerapan masukan, penilaian, pengalaman yang diperoleh untuk kegiatan yang akan datang; dan penggunaan pengetahuan baru yang diperoleh untuk pelbagai situasi.

4. Bruce’s Seven faces of information literacy

Ada tiga strategi yang diusulkannya yaitu :
1. Ancangan perilaku (behaviourist approach), menyatakan untuk dapat digambarkan sebagai melek informasi, seseorang harus menunjukkan karakteristik tertentu serta mendemonstrasikan ketrampilan tertentu yang dapat diukur. Pendekatan semacam itu dianut oleh ACRL dalam standarnya.
2. Ancangan konstrukvis (constructivist approach), tekanan pada pembelajar dalam mengkonstruksi gambaran domainnya, misalnya melalui pembelajaran berbasis persoalan,
3. Ancangan relasional, dimulai dengan menggambarkan fenomena dalam bahasa dari yang telah dialami seseorang.

Adapun 7 wajah literasi informasi digambarkkan dalam tabel sebagai berikut :

1. Konsepsi teknologi informasi : Literasi informasi dilihat sebagai penggunaan teknologi informasi untuk keperluan temubalik informasi serta komunikasi
2. Konsepsi sumber ke informasi : Literasi informasi dilihat sebagai menemukan informasi yang berada di sumber informasi
3. Konsepsi proses informasi : Literasi informasi dilihat sebagai melaksanakan sebuah proses
4. Konsepsi pengendalian informasi : Literasi informasi dilihat sebagai pengendalian informasi
5. Konsepsi konstruksi pengetahuan : Literasi informasi dilihat sebagai pembuatan basis pengetahuan pribadi pada bidang baru yang diminatinya
6. Konsepsi perluasan pengetahuan : Literasi informasi dilihat sebagai berkarya dengan pengetahuan dan perspektif pribadi yang dipakai sedemikian rupa sehingga mencapai wawasan baru
7. Konsepsi kearifan : Literasi informasi dilihat sebagai menggunakan informasi secara bijak bagi kemudaratan orang lain




5. McKinsey Model

Memerlukan 10 ketrampilan untuk melakukan penelitian pada abad informasi ini (Donaldson, 2004) :
1. Fokus pada topik (persempit topik/perluas ruang lingkup)
2. Bekerja dalam urutan kronologis terbalik, pertama kali menelusur informasi terbaru
3. Memahami signifikansi terminologi dan tentukan tajuk subjek yang benar
4. Menganekaragamkan sumber (gunakan buku, majalah, situs internet, dll)
5. Gunakan strategi Boole (AND,OR,NOT) pada penelusuran komputer
6. Gandakan sumber sampai tiga kali (identifikasi sebanyak tiga kali rujukan dari yang diperlukan)
7. Evaluasi secara kritis materi yang ditemubalik; harus memiliki kecurigaan pada sumber yang berasal dari Web;
8. Asimilasikan informasi; jangan plagiat, masukkan gagasan sendiri ke dalam topik penelitian
9. Sitir semua sumber

Jenis literasi informasi :

A. Literasi  visual
Kemampuan untuk memahami dan menggunakan citra, termasuk kemampuan untuk berpikir, belajar, dan mengungkapkan diri sendiri dalam konteks citra. Literasi visual adalah kemampuan untuk memahami serta menggunakan citra visual dalam pekerjaan dan kehidupan harian. Literasi visual mencakup integrasi pengalaman visual dengan pengalaman yang diperoleh dari indera lain seperti apa yang didengar, apa yang dibau, apa yang dikecap, apa yang disentuh serta apa yang dirasakan. Kompetensi literasi  visual memungkinkan seseorang untuk memilah serta menafsirkan berbagai tindakan visual, objek dan atau simbol. Dari situ, seseorang dapat berkomunikasi dengan orang lain, membuat pamflet, tengara, membuat halaman Web.

B. Literasi  media
Kemampuan seseorang untuk menggunakan berbagai media guna mengakses, analisis serta menghasilkan informasi untuk berbagai keperluan Dalam kehidupan sehari-hari seseorang akan dipengaruhi oleh media yang ada di sekitar kita berupa televisi, film, radio, musik terekam, surat kabar dan majalah. Dari media itu masih ditambah dengan internet bahkan kini pun melalui telepon seluler dapat diakses.

Definisi literasi media menggunakan pendekatan trikotomi yang mencakup 3 bidang yaitu literasi media bermakna memiliki akses ke media, memahami media dan menciptakan/mengekspresikan diri sendiri dengan menggunakan media (Buckingham 2005, Livingstone 2005). Akses meliputi menggunakan serta kebiasaan media artinay kememapuan menggunakan fungsi dan kompetensi navigasi(mengubah saluran televisi, menggunakan sambungan Internet): kompetensi mengendalikan media (misalnya menggunakan sistem terpasang interaktif, melakukantransaksi melalui Internet); pengetahuan tentang legislasi dan peraturan lain dalam bidang tersebut (misalnya kebebasan berbicara, mengungkapkan pendapat, perlindungan privasi, pengetahuan mengenai materi yang mengganggu, perlindungan terhadap “sampah internet).
Pemahaman artinya memiliki kemapuan untuk memahami/menafsirkan serta memperoleh perspektif isi media serta sikap kristis terhadapnya.
Menciptakan mencakup berinteraksi dengan media (misalnya bebricara di radio, ikut serta dalam diskusi di internet) juga menghasilkan isi media. Bagi seseorang yang memiliki pengalamanengisi berbagai jenis media massa membuat seseorang memiliki  pemahaman yang lebih baik tentang dan pendekatan kritis terhadap isi media.
Jadi literasi media adalah masalah ketrampilan, pengetahuan dan kompetensi, juga tergantung pada institusi, lembaga dan teknik untuk mediasi informasi dan komunikasi. Secara analitis, konsep literasi media digunakan pada aras perorangan dan masyarakat.
Istilah media mencakup semua media komunikasi, kadang-kadang digunakan istilah media massa merujuk ke semua media yang dimaksudkan untuk mencapai audisi sangat besar seperti televisi siaran dan bayar, radio, film, surat kabar dan majalah. Sering pula istilah “dalam semua media dan format” mengacu pada komunikasi dan diseminasi informasi dalam berbagai media berlainan serta berbagai format (teks, grafik, foto, tabel statistik dll).
Marshall McLuhan dianggap sebagai pencipta istilah “medium is the message”, artinya isi seringkali tidak dapat dilepaskan dari media khusus yang digunakan untuk memancarkan berita. Karena itu karena alasan keterbatasan waktu dan anggaran, berita yang dipancarkan melalui media televisi harus diformat dan ditata  cara paling optimal guna “berita diteruskan”. Singkatnya, berita dalam media televisi, tidak boleh terlalu panjang, dalam bahasa sederhana dll.
Media interaktif memungkinkan pemakai berinetraksi langsung dengan gawai komunikasi atau telekomunikasi seperti model “layar sentuh”, kini mulai banyak digunakan di restoran, hotel, pusat informasi wisata dll.
Literasi media mencakup semuanya dari memiliki pengetahuan yang dipelrukan untuk menggunakan teknologi media lama dan baru sampai dengan memiliki hubungan kritis ke konten medua. Tulisan seperti Buckingham (2005), Livingstone (2005) menyatakan bahwa trikotomi untuk mendefinisikan literasi media adalah memeliki akses ke media, memahami media dan menciptakan, mengekspresikan diri sendiri menggunakan media. Liiterasi media mengakui pengaruh harian pada manusia yang berasal dari televisi, film, radio, musik, surat kabar, dan majalah.

C. Literasi teknologi komputer dan komunikasi  lazim disebut literasi komputer (IFLA ALP 2006)
Literasi komputer artinya kemampuan tahu bagaimana mengguinakan dan mengoperasikan komputer secara efisien sebagai mesinpemroses informasi (Horton Jr, 2007). Bagian ini merupakan separuh bagian dari literasi teknologi informasi dan computer, separo lainnya adalah Literasi media.
Bagian ini terdiri dari: literasi perangkat keras dan perangkat lunak. Literasi perangkat keras mengacu kepada operator dasar yang iperlukan untuk menggunakan komputer seperti Personal Computer, Laptop, Notebook, Tablet Computer serta gawai genggam semacam Blackberry. Ada pun literasi perangkat lunak mengacu  pada himpunan prosedur dan instruksu tujuan umum yang disyaratkan oleh perangakt keras computer atau telekomunikasi untuk melaksanakan fungsinya.  Dalam LI  computer paling utama adalah perangkat lunak pengoperasian dasar seperti Windows, lembar batang (spreadsheet) untuk data numeric seperti Excell peramgkat lunak penyajian preesenatsi seperti PowerPoint dan perangkat lunak  penyedia jasa infotmasi untuk menggunakan Internet termasuk penelusuran WWW. Bagian ketiga adalah luetrasi aplikasi mengacu pada pengetahuan dan ketrampilan yang diperlukan untuk menggunakan berbagai paket perangkat lunak tujuan khusus.

D. Literasi  jaringan
Merupakan literasi  dalam menggunakan jaringa digital secara efektif, yang banyak berkembang berkat keberadaan Internet.  Bagi pustakawan literasi informasi mensyaratkan perubahan pikir, dari “kepemilikan” ke “akses” artinya informasi milik perpustakaan  namun dapat diakses oleh publik sehingga menimbulkan pertanyaan seberapa jauh konsep kepemilikan itu. Dalam konteks ekonomi informasi, hal itu menunjukkan ciri khas informasi dilihat dari segi ekonomi, misalnya informasi yang telah dijual akan tetap menjadi milik penjual. Hal itu berbeda dengan penjualan benda misalnya makanan, sekali dijual maka makanan itu pindah ke  tangan pembeli (Kingma, 2001).
Literasi  ini berarti seseorang memahami bagaimana informasi dihasilkan, dikelola, tersedia, dapat menelusur infromasi dari jaringan dengan menggunakan berbagai alat telusur, memanipulasi  informasi berjaring dengan kombinasi berbagai sumber, menambahnya atau meningkatkan nilai informasi dari situasi tertentu.
Bagi manajer informasi termasuk pustakawan perlu ada perubahan cara berpikir, dari pendekatan kepemilikan ke pendekatan akses dan ini menuntut kompetensi dalam temu balik informasi dan akses ke sumber daya elektronik jarak jauh.

E. Literasi kultural
Literasi kultural artinya pengetahuan mengenai, serta pemahaman tentang, bagaimana tradisi, kepercayaan, simbol dan ikon, perayaan dan sarana komunikasi sebuah negara, agama, kelompok etnik atau suku berdampak terhadap penciptaan, penyimpanan, penanganan, komunikasi, preservasi serta pengarsipan data, informasi dan pengetahuan dengan menggunakan teknologi. Pemahaman literasi informasi dalam kaitannya dengan literasi kultural adalah baaimana faktor budaya berdampak terhadap penggunaan teknologi komunikasi dan informasi secara efisien. Dampak itu dapat positif maupun negatif. Penyebaran televisi misalnya berdampak hilangnya permainan anak-anak yang secara tradisional dilakukan waktu  terang bulan. Di segi lain, penyebaran telepon seluler, televisi dan komunikasi nirkabel terjadi sebagai hasil kemauan penduduk lokal untuk mengakui, menerima dan mengadaptasi teknologi tersebut dalam budaya masing-masing.

E. Literasi digital
Literasi informasi berbeda dengan literasi digital. Literasi informasi fokus pada pemahaman kebutuhan informasi seseorang, dilakukan dengan kemampuan untuk menemukan dan menilai informasi yang televan serta menggunakannya secara tepat. Literasi informasi mulai banyak digunakan sejak tahun 1980an.
Istilah literasi digital mulai popular sekitar tahun 2005 (Davis & Shaw, 2011) Literasi digital bermakna kemampuan untul berhubungan dengan informasi hipertekstual dalam arti bacaan  takberurut berbantuan komputer. Istilah literasi digital pernah digunakan tahun 1980an, (Davis & Shaw, 2011), secara umum bermakna kemampuan untuk berhubungan dengan informasi hipertekstual dalam arti membaca non-sekuensial atau nonurutan berbantuan komputer (Bawden, 2001). Gilster (2007) kemudian memperluas konsep literasi digital sebagai kemampuan  memahami dan menggunakan informasi dari berbagai sumber digital.;  dengan kata lain kemampuan untuk membaca, menulis dan berhubungan dengan informasi dengan menggunakan teknologi dan format yang ada pada masanya.
Penulis lain menggunakan istilah literasi digital untuk menunjukkan konsep yang luas yang menautkan bersama-sama berbagai literasi yang relevan serta literasi berbasis  kompetensi  dan ketrampilan teknologi komunikasi, namun menekankan pada kemampuan evaluasi informasi yang lebih “lunak” dan perangkaian pengetahuan bersama-sama pemahaman dan sikap (Bawden, 2008; Martin, 2006, 2008) .
IFLA ALP Workshop (2006) menyebutkan bagian dari literasi informasi adalah literasi digital, didefinisikan  sebagai  kemampuan memahami dan menggunakan informasi dalam berbagai format dari sejumlah besar sumber daya tatkala sumber daya tersebut disajikan melalui komputer. Sesusia perkembangan Internet, maka pemakai tidak tahu atau tidak mempedulikan dari mana asalnya informasi, yang penting ialah dapat mengaksesnya.
Literasi digital mencakup pemahaman tentang Web dan mesin pencari. Pemakai memahami bahwa tidak semua informasi yang tersedia di Web memiliki kualitas yang sama; dengan demikian pemakai lambat laun dapat mengenal9i situs Web mana yang andal dan sahih serta situas mana yang tidak dapat dipercayai. Dalam literasi digital ini pemakai dapat memilih mesin pemakai yang baik untuk kebutuhan informasinya, mampu menggunakan mesin pencara secara efektif (misalnya dengan “advanced search”).
Singkatnya literasi digital adalah himpunan sikap, pemahaman, keteramnpilan menangani dan mengkomunikasikan informasi dan pengetahuan secara efektif dalam berbagai media dan format. Ada definisi yang menyertakan istilah hubung, berhubungan (coomunicating); mereka yang perspektisi manajemen rekod atau manajemen arsip dinamis menyebutkan istilah penghapusan (deleting) dan pelestarian (preserving). Kadang-kadang istilah penemuan (finding) dipecah-pecah lagi menjadi pemilihan sumber, penemuan kembali dan pengakaksesan (accessing) (Davis & Shaw, 2011). Walau pun literasi digital merupakan hal penting dalam abad tempat informasi berwujud bentuk digital, tidak boleh dilupakan bagian penting lainnya dari literasi digital ialah mengetahui bila menggunakan sumber non digital.

Menurut Bawden komponen literasi digital terdiri dari empat bagian sebagai berikut :
1. Tonggak pendukung berupa : Literasi itu sendiri dan Literasi komputer, informasi , dan teknologi komunik
2. Pengetahuan latar belakang terbagi atas : Dunia informasi dan Sifat sumber daya informasi
3. Komptensi berupa : Pemahaman format digital dan non digital. Penciptaan dan komunikasi informasi digital. Evaluasi informasi. Perakitan engetahuan. Literasi informasi. Dan Literasi media
4. Sikap dan perspektif :
A. Landasan ini  mencerminkan ketrampilan  tradisional, di dalamnya termasuk literasi computer yang memungkinkan sesdeorang mampu berfungsu dalam masyarakat. Menyangkut literasi komouter, ada pendapat yang mengatakan bahwa  literasi computer merupakan bagian dari literasi digital, namun ada pula yang berpendapat bahwa literasi computer sudah merupakan bagian literasi informasi. Literasi computer kini dianggap sebagai literasi saja dalam latar pendidikan atau di bawah tajuk semacam smart working, basic skills di tempat kerja (Robinson, 2005).
Literasi ini merupakan keterampilan dasar yang diperlukan untuk mampu menangani infomasi dan pengetahuan. Literasi tradisional dan ktrampilan TU tetap diperukan.
B. Pengetahuan latar belakang ini dapat dibagi lebih lanjujut menjadi dunia informasi dan sifat sumber daya informasi. Jenis pendidikan ini dianggap dimiliki oleh orang  berpendidikan semasa informasi masih dalam bentuk buku, surat kabar, majalah, majalah akademis, laporan profesional; umumnya diakses melalui bentuk cetak di perpustakaan. Ketika Internet berkembang yang memunculkan dokumen elektronik maka pola komunikasi kepanditan (scholarly communication) atau komunikasi ilmiah (scientific communication) berubah. Bila dulu dikenal model tradisional Garbey/Griffith yang  dimulai dari penelitian sampai ke penerbitan yang dilakukan secara tradisional, maka kini mucul model Garvey/Griffith yang sudah dimodernisir karena munculnya dokumen elektronik (Crawford, Hurd, & Weller, 1996) sehingga terjadi modus perubahan transfer informasi (Norton, 2000).
C. Kompetensi utama
Dalam literasi digital, yang menjadi kompetensi  utama mencakup :
(1) Pemahaman format digital dan non digital;
(2) Penciptaann dan komunikasi informasi digital;
(3) Evaluasi informasi;
(4) penghimpunan atau perakitan pengetahuan;
(5) Literasi informasi dan
(6) Literasi media (Davis & Shaw, 2011).
Kesemuanya itu merupakan ketrampilan dan kompetensi, dibuat pada tonggak (nomor i) yang merupakan landasan literasi digital. Ketramnpilan dan kompetensi tersebut memiliki jangkauan  luas dan mungkin berbeda antara satu negara dengan negara lain. Di sini dapat juga ditambahkan kompetensi dimensi etis dalam arti  pemakai mengetahui bagaimana mnsitat buku, jurnal, laporan  teknis dalam format kertas, melainkan juga tahu menyitat dokumen yang diterbitkan di Web.
Ada yang menambahkan pada kompetensi utama itu kompetensi penerbitan n artinya kompetensi menghasilakn swaterbitan di situs  pribadi Web. Kompetensi ini menggunakan berbagai kompetensi yang telah ada sebelumnya seperti mengunduh dan mengunggah berbagai jenis berkas digital citra, audio, teks dsb) dengan harapan seseorang menerbitkan informasi bermutu dengan tetap menghormati hak cipta.
D. Sikap  dan perspektif.
Ini merupakan hal yang, menciptakan tautan antara konsep baru literasi digital dengan gagasan lama tentang literasi. Perseorangan tidak cukup memiliki ketrampilan dan kompetensi melainkan hal itu harus berlandaskan kerangka kerja moral,yang diasosiasikan  dengan seseorang yang terdirik. Dari semua komponen literasi digital, mungkin yang paling sulit diajarkan adalah kerangka kerja moral, namun hal itu paling kuat  kedekatannya dengan istilah informasi dalam akar bahasa Latinnya informare artinya membentuk, memaparkan.
Pembelajaran mandiri dan literasi moral dan sosial merupakan kualitas yang ada pada seseorang dengan motivasi dan pikiran mendayagunakan informasi sebaik-baiknya. Ketiga hal tersebut merupakan dasar pemahaman pentingnya informasi sertaurusan yang baik dengan sumber daya informasi dan saluran komunikasi serta insentif untuk meningkatkan kemampuan seseorang ke tingkat yang lebih baik.
Literasi moral menyangkut pemahaman bahwa akses yang hampir tidak terbatas pada Web diikuti dengan pemahaman bahwa tidak semua materi yang diunduh itu bebas dari hak cipta.
Keempat komponen dianggap merupakan  tunutan yang berat yang ditujukan pada pemakai informasi. Rasanya berat namun hal tersebut merupakan keharusan bila seseorang berkecimpung dan berhasil dalam lingkungan informasi dewasa ini. Dalam hal ini khususnya literasi digital merupakan alat yang ampuh untuk menghindari masalah dan paradoks dalam perilaku informasi seperti beban luwih informasi (information overload), kecemasan informasi, penghindaran informasi dan sejenisnya (Bawden & Robinson, 2009).
Dunia kini dipenuhi informasi yang diperoleh melalui berbagai cara seperti berikut :
(1)   Manusia menemukan informasi melalui indera fisik, mental, dan emosi.
(2)   Manusia mencari informasi dengan cara bertanya dan mencarinya.
(3)   Manusia memperoleh informasi sebagai masukan dari manusia lain dan dari berbagai sistem informasi.
(4)   Manusia menata informasi dalam benak dan catatannya dan juga membuat informasi.
Maka manusia akan mencatat atau mengeluh tentang terlalu banyak informasi  di dunia ini. Hal itu bukan hal baru karena pada tahun 1755 Ensiklopedi Denis Dideot mengatakan bahwa peningkatan jumlah materi yang diterbitkan akan membuat manusia lebih mudah menemukan ulang fakta dengan cara mengamati alam  dariapa menemukan informasi yang tersembunyi dalam banyak materi. Akhir Perang Dunia 2 juga sering ditandai dengan banyaknya informasi sehingga muncul istilah seperti ledakan informasi atau banjir informasi. Alvin Tofler dalam bukunya Future Shock (1970) menggambarkan perubahan tknologi dan structural pada masyarakat serta mempopulerkan istilahinformation load (beban lebih informasi).

Beban lebih informasi itu menyebabkan timbulnya kecemasan informasi (information anxiety) yang timbul akibat kesenjangan yang semakin lebar antara apa yang dipahami manusia dengan apa yang seyogyanya dipahami manusia. Seperti dikatakan Wurman (1989) dan business dictionary, kecemasan informasi adalah lubang hitam (black hole) antara data dengan pengetahuan,  dan apa yang terjadi manakala infortmasi tidak memberitahukan apa yang diinginkan manusia atau yang perlu diketahui manusia.

Sikap kecemasan informasi menimbulkan penghindaran informasi (information avoidance) yang berarti setiap perilaku yang dirancang untuk menghindari atau menunda akuisisi informasi yang tersedia namun sebenarnya merupakan informasi yang tidak  diinginkan (Frey, 1982; Kate Sweeny et al, 2010). Maka literasi digital merupakan alat bantu yang ampuh untuk mengatasi masalah dan paradox perilaku informasi seperti beban lebih informasi, kecemasan informasi, penghindaran informasi dan sejenisnya (Bawden&Robinson, 2009).

Literasi digital berdampak pada pustakawan karena dia harus menguasai literasi informasi serta literasi lainnya sehingga memungkinkan pustakawan mengembangkan kegiatan literasi informasi di lingkungannya.

Pengetahuan latar belakang juga menimbulkan masalah pada pendidikan pustakawan. Apakah pola pendidikan pustakawan yang didominasi program sarjana masih diteruskan atau diubah? Pengalaman menunjukkan bahwa pustakawan yang berbasis sarjana ilmu perpustakaan merasakan kurang bekal ilmu pengetahuan lain untuk kepentingan pekerjaannya. Maka banyak pustakawan yang bergelar sarjana ilmu perpustakaan, manakala sudah bekerja, melanjutkan pendidikan di tingkat pascasarjana bidang lain seperti komunikasi, pendidikan, sejarah dll.

Keadaan semacam itu mencetuskan gagasan mengapa beberapa lembaga penyelenggara pendidikan pustakawan lebih memusatkan pada pendidikan pascasarajana disertai dengan kegiatan riset sedangkan lembaga lain tetap berkonsentrasi pada program sarjana saja. Juga secara tidak langsung hal itu Nampak pada usulan Forum Kerjasama Perpustakaan Perguruan Tinggi yang mengusulkan agar kepala perpustakaan universitas adalah mereka yang bergelar magister ilmu perpustakaan atau yang lebih tinggi.

Kesimpulan
Literasi informasi mencakup pengetahuan dan kebutuhan informasi seseorang dan kemampuan untuk mengenali, mengetahui lokasi, mengevaluasi, mengorganisasi dan menciptakan, menciptakan dan mengkomunikasikan informasi secara efektif  untuk mengatasi isu atau masalah yang dihadapi seseorang. Literasi informasi terbagi atas literasi visual,  media, komputer, jaringan dan IFLA menyertakan pula literasi digital walau pun hal ini tidak selau disebut-sebut dalam buku lainnya. Istilah literasi informasi mulai popular sekitar tahun 1980 an, terdiri dari berbagai jenis literasi.
Informasi digital merupakan himpunan sikap, pemahaman, dan keterampilan untuk menangani dan mengkomunikasikan informasi dan pengetahuan secara efektif dalam berbagai media dan format. Istilah literasi digital mulai popular sekitar tahun 2005. Literasi digital terbagi atas empat komponen yaitu tonggak literasi, pengetahuan latar belakang, kompetensi utama dan sikap serta perspektif, masih ditambah dengan kerangka moral.

Part 3

Sistem Pendidikan Di Era Globalisasi
Di era globalisasi, Indonesia dituntut untuk melahirkan generasi-gnerasi penerus yang brilliant. Setidaknya dapat berguna bagi agama, bangsa, dan negara. Oleh sebab itu, pemerintah mengeluarkan sistem pengajaran terbaru di tahun 2004. Yang disebut “Kurikulum Berbasis Kompetensi atau lebih dikenal dengan KBK”. Dengan sistem pengajaran baru tersebut, para siswa diharapkan lebih mudah menerima pelajaran. Para siswa tidak hanya mencatat dan mendengarkan penjelasan guru, tetapi juga dilatih untuk berkompetensi. Mereka dilatih mandiri dengan membentuk kelompok kelompok kecil sesuai pelajaran yang sedang diajarkan. Guru hanya memberikan inti permasalahan, mereka yang mendiskusikannya.
Selain KBK, pemerintah juga mengenalkan  pembelajaran terbaru. MIND MAPING. Konsep ini memudahkan siswa untuk mengingat pelajaran. Mind Maping atau peta pikiran dapat dibuat dengan disertai gambar dan warna warna yang menarik, sehingga diharapkan, siswa dapat mencerna pelajaran dengan lebih mudah.
Dalam hal pendidikan bagi siswa/mahasiswa, guru/dosen memegang peranan yang sangat penting, di mana mereka memberikan perubahan besar dalam kehidupan seseorang.
Melalui proses seleksi pendidikan, pengajaran dan latihan, individu yang tidak tahu apa apa berkembang menjadi pribadi dengan dunia di otaknya. Siswa/mahasiswa tumbuh menjadi yang mampu mengklarifikasikan jati dirinya hingga memperoleh posisi profesional yang layak dalam bursa tenaga kerja atau masa depannya.


Pemerintah berupaya memperbaiki sistem pendidikan di Indonesia dalam hal sistem KBM nya. Apapun kebijakannya tetap menjadi bahan pertanyaan diantaranya;
1.      Apakah kebijakan tersebut sudah maksimal ?
2.      Apakah sudah sesuai dengan yang diharapkan ?
3.      Apakah para siswa sudah bisa menyerap pelajaran dengan baik ?
4.      Mungkin iya, tapi aplikasinya ke masyarakat bagaimana?
Sekolah adalah tempat di mana setiap individu dididik agar mempunyai
1.      Moral yang baik
2.      Etika yang baik,
3.      Akhlak yang baik, sehingga berguna bagi agama, masyarakat, dan bangsa.

Tengoklah, pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan misalnya, dibahas secara lengkap dari Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas mulai dari hal hal kecil, salam, memotong kuku, hingga tenggang rasa dan toleransi beragama. Tapi kita lihat, apakah segi moral sebagai WNI yang baik dapat kita pertahankan? terkait kita adalah makhluk sosial dan beragama. Atau pelajaran pelajaran tersebut hanya sekedar transfer ilmu?(Transfer of Knowladge) yang penting kita tahu, paham, dapat menjawab soal ulangan, ujian sekolah 10, selesai. Tapi??kosong, tak berbekas. Mereka tidak mengaplikasikan apa apa yang guru mereka ajarkan.
Pada hal idealnya, sebuah proses pendidikan harus mampu mentransfer ilmu dan transfer nilai atau moral (Transfalr of Value).
Apalagi, di sekolah sekolah negeri khususnya di mana pelajaran Agama hanya mendapat porsi 1 jam dalam 1 minggu. Negara dengan bermacam kepercayaan.
Namun, patutlah kita berbangga, bahwa mulai tahun ini, pendidikan Agama menjadi Ujian Nasional dan turut menentukan standar kelulusan.
Fenomena yang terjadi sekarang, mulai jenjang pendidikan TK hingga SMA di mana masyarakat luas khusunya yang taraf ekonominya menengah keatas, mereka lebih mempercayai pendidikan putra-putrinya ke sekolah swasta di bandingkan sekolah negeri sekalipun sekolah negeri tersebut sudah mendapat predikat standar International.
Sekolah-sekolah swasta di beberapa kota besar di Indonesia terbukti menjadi ‘wadah’ yang berhasil meluluskan siswa siswanya agar berakhlak mulia, tentu dengan konsep yang terintegritas dengan pelajaran pelajaran umum lainnya.
Ki Hadjar Dewantara menyatakan tujuan pendidikan adalah “Pendidikan sebagai penyokong kodrat alami anak-anak, agar mereka dapat mengembangkan kehidupan lahir dan bathinnya menurut kodrat masing-masing. Pengetahuan dan kepandaian bukan tujuan melainkan merupakan alat (perkakas) untuk meraih kematangan jiwa yang akan dapat mewujudkan hidup dan penghidupan yang tertib dan suci, serta bermanfaat bagi orang lain”.
Intinya, pendidikan harus berorientasi kepada kematangan integritas dan kapabilitas- pribadi untuk suatu perubahan sosial dalam masyarakat.


Pendidikan di Sekolah mengemban misi menjadi wahana konservasi nilai-nilai
1.      Agama.
2.      Membangun,
3.      Menumbuh kembangkan,
4.      Membentuk,
5.      Membina, dan
6.      Mengarahkan potensi yang di miliki siswa/mahasiswa
7.      Menjadi mediator dalam menghantarkan anak didik memasuki zaman, sejarah, dan mampu menhadapi tantangan zaman yang penuh dengan perubahan.

Dengan tujuan misi pendidikan diharapkan masing-masing peserta didik baik secara individual maupun sebagai mahluk sosial, diharapkan mendapatkan kemampuan dasar berupa pengetahuan, ketrampilan, dan sikap terpuji dan bermartabat sesuai usia perkembangannya sebagai bekal hidup dan kehidupannya.
Potensi dasar (fithrah) manusia seperti ; potensi intelektual ( fikriyah), emosional (ruhiyah), dan fisik (jasadiyah) merupakan anugerah dari Allah yang perlu ditumbuhkan, dikembangkan, dibina, dan diarahkan dengan baik, benar dan seimbang. Program pendidikan terpadu diharapkan menjadi salah satu sarana untuk menumbuhkan, mengembangkan, membina, dan mengarahkan potensi-potensi dasar yang dimiliki anak didik.
Jadi, tidak dapat disangkal lagi, bahwa pembinaan ruhiyah pada khususnya sangat mempengaruhi kepribadian para siswa, di mana ruhiyah mereka dibina dengan metode metode yang akan mengembalikannya kepada fitrahnya. Sehingga jika saat ini, banyak anak anak yang walaupun sudah mengenyam pendidikan agama di sekolah pun, masih belum dapat menjadi generasi yang diharapkan dalam kemajuan bangsa ini.

Part 4

E-business  (Electronic-business) merupakan suatu istilah yang digunakan untuk memberi nama pada kegiatan bisnis yang dilakukan dengan menggunakan teknologi internet.
Era E-business telah mengakibatkan perubahan-perubah-an yang cukup mendasar pada perusahaan dalam kegiatan bisnisnya. Perubahan tersebut antara lain:
1.      Pemasaran dapat dilakukan secara luas dengan tingkat kompetisi yang lebih tinggi.
  1. Pertumbuhan dan perkembangan industri dan perusahaan sangat bergantung pada informasi dan pengetahuan.
  2. Produktivitas lebih ditekankan dari pada formalitas kehadiran di tempat kerja.
  3. Produk-produk dan layanan baru dapat didapat dalam komunitas e-business, tetapi usia produk menjadi sangat pendek.
  4. Struktur organisasi menjadi flat dan meningkatkan fleksibilitas serta penekanan biaya.
  5. Kerja tim lebih ditekankan untuk memberi respon atau menciptakan inovasi-inovasi baru.

Manfaat  E-business :
1.      Memperpendek jarak
  1. Perluasan pasar
  2. Perluasan jaringan mitra kerja
  3. Biaya terkendali
  4. Efisien
  5. Cash flow terjamin
  6. Manfaat lainnya : meningkatkan citra perusahaan, meningkatkan layanan konsumen, menyederhanakan proses, meningkatkan produktivitas, mempermudah akses informasi, mengurangi biaya transportasi dan meningkatkan fleksibilitas.

Keunggulan E-business :
1.      Efisiensi (tidak banyak tenaga kerja)
  1. Without boundary
  2. Nonstop/ 24 jam online
  3. Interaktif
  4. Hyerlink (saling berhubungan)
  5. No cencorship

Kendala E-business di Indonesia :
1.      Belum adanya budaya high trust di masyarakat
  1. Sarana belum memadai
  2. Skill SDM masih rendah
  3. Layanan pendukung masih minim (transportasi, teknologi perbankan, dll)
  4. Banyaknya kasus kejahatan di internet
  5. Fixprices / Harga di internet tidak bisa ditawar
  6. Bersifat maya, barang tidak dapat dipegang

Macam-macam E-product :
1.      Produk informasi dan hiburan. Misalnya: koran, majalah, jurnal, poster, gambar, film, lagu dll
  1. Produk simbol. Misalnya tiket pesawat, tiket kereta, tiket konser musik, tiket bioskop, reservasi hotel, dll
  2. Produk jasa. Misalnya: pendidikan, konsultasi jarak jauh, dll
  3. Produk barang. Misalnya: buku, bunga, kosmetik, komputer, dll
  4. Produk keuangan. Misalnya: tabungan, transaksi perbankan, asuransi dll.

E-commerce Merupakan transaksi perdagangan yang dilakukan lewat internet. E-commerce melibatkan individu dan organisasi yang tidak dibatasi oleh batas oleh ruang dan waktu.

E-commerce memiliki pengertian Electronic-commerce merupakan transaksi perdaga-ngan yang dilakukan melalui internet.
Sifat-sifat unik dari teknologi e-commerce:
1.      Kegiatan Internet bisa dilaksanakan di mana saja
  1. Daya jangkau luas
  2. Standar universal
  3. Interaktif
  4. Padat informasi
  5. Personalisasi

Pertumbuhan e-Commerce :
1.      Dimulai sejak 1994
  1. Penjualan tahun 2000 US$ 50 milyar
  2. Penjualan tahun 2004 US$ 200 milyar
  3. Hanya 10% dari perusahaan e-commerce sejak tahun 1994 yang bertahan hingga sekarang.


Tugas Kelompok :


Kelompok1 :
1.       Pentingkah pendidikan jarak jauh  dilakukan di perguruan tinggi?
2.       Jelaskan dampak positif dan negatif dari penyelenggaraan pendidikan jarak jauh.
3.       Susunlah dalam bentuk laporan kemudian diskusikan dan presentasikan di depan kelas.

Kelompok 2 :
1.       Bagaimana Metodelogi untuk digital devided, Digital literasi dan informasi Literasi?
2.       Jelaskan dampak positif dan negatif dari digital devided, Digital literasi dan informasi Literasi.
3.       Susunlah dalam bentuk laporan kemudian diskusikan dan presentasikan di depan kelas.

Kelompok 3 :
1.       Jelaskan Perkembangan komputer di era globalisasi?
2.       Jelaskan dampak positif dan negatif dari Perkembangan komputer di era globalisasi terhadap pertumbuhan dunia pendidikan dan perkembangan sikap/mental pelajar.
3.       Susunlah dalam bentuk laporan kemudian diskusikan dan presentasikan di depan kelas.

Kelompok 4 :
1.       Jelaskan Konsep dam Metodelogi perkembangan ecomerse dan ebusiness di Indonesia?
2.       Jelaskan dampak positif dan negatif perkembangan ecomerse dan ebusiness di Indonesia.
3.       Susunlah dalam bentuk laporan kemudian diskusikan dan presentasikan di depan kelas.

Penilaian dari :
1.       Setiap tugas kelompok dipresentasikan dan didiskusikan dikelas .
2.       Penilaian berdasar :
3.       Penyelesaian tugas lengkap dengan gambar
4.       Aktifitas mahasiswa saat diskusi
5.       Setiap tugas di email dengan format word/pdf



Tidak ada komentar:

Posting Komentar