Part
1
Pada awalnya,komputer digunakan
untuk menghitung dan digunakan untuk orang/instansi tertentu. Tetapi,Pada zaman
sekarang computer dibutuhkan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari untuk
memudahkan pekerjaan.
Komputer banyak digunakan dalam
masyarakat di berbagai bidang :
1.Bidang Pendidikan, komputer
digunakan sebagai alat bantu pembelajaran. Seperti :
- CBE
(Computer Base Education) :
e-learning, buku BSE untuk siswa sekolah.
- CAI
(Computer Assisted Instruction) :
komputer digunakan oleh pengajar untuk membantu proses pembelajaran, komputer
digunakan untuk menyimpan data nilai-nilai siswa,materi pembelajaran, dan
Soal-soal Latihan.
2.Bidang Sosial, komputer digunakan
masyarakat untuk berkomunikasi. Seperti :
- Social Networking : seperti Facebook,Twitter,Yahoo
Messenger,dll.
- Voice mail (pesan suara) - E-mail
(electronic mail)
- Forum - Teleconference
3.Bidang Ekonomi, komputer digunakan
sebagai berikut :
- Melihat nilai saham secara up
to date
- Mempermudah perhitungan dalam
jumlah yang banyak
- Transaksi jual-beli di
Internet
- Proses pembayaran dengan
kartu kredit secara elektronik
- Membantu pembuatan laporan
keuangan,faktur,dan dokumen-dokumen lainnya.
4.Bidang Industri , komputer
digunakan untuk membantu pembuatan produk, seperti :
- CAD ( Computer Aided Design) : untuk membantu mendesain produk yang akan diproduksi.
- CAM (
Computer Aided Manufacturing) :
untuk meningkatkan produktivitas dalam pembuatan produk. Penggunaan Mesin atau
Robot pada pabrik yang dapat dikendalikan oleh komputer.
5.Bidang Transportasi, komputer
digunakan sebagai berikut :
- Membantu menghitung tarif
yang harus dibayar penumpang.
- Mencetak tiket untuk dijual
kepada calon penumpang.
- E-ticketing (tiket
elektronik)
- Mengatur dan melihat arus
lalu lintas
6.Bidang Hiburan dan Informasi,
komputer banyak digunakan untuk :
- Mengatur alat permainan,
seperti roller coster, dll.
- Mengolah data berupa
teks,video,gambar,suara,dll. Untuk menyampaikan informasi agar dapat mudah
diterima oleh orang lain
- Memperoleh data ramalan
cuaca, seperti mengambil gambar dan panas awan dari satelit.
Selain memudahkan pekerjaan,
pemakaian komputer dalam masyarakat juga menimbulkan dampak pada masyarakat itu
sendiri.
1.Dampak Positif :
- Memudahkan pekerjaan
masyarakat dalam berbagai bidang.
- Pekerjaan menjadi lebih cepat
selesai dan tepat.
- Pengiriman data yang lebih
cepat dan aman
- Efisiensi tenaga kerja,
karena pekerjaan dibantu oleh komputer.
- Memudahkan masyarakat
untuk berkomunikasi dan mendapatkan informasi.
2.Dampak Negatif :
- Masyarakat menjadi
ketergantungan dengan komputer.
- Kurangnya lapangan kerja,
karena tenaga kerja manusia digantikan oleh mesin/komputer.
- Isu pornografi dan SARA yang
beredar dan dapat diakses dengan Internet.
- Serangan hacker untuk merusak
data atau dokumen dalam komputer.
Yang membuat dampak positif atau
negatif tergantung pada pengguna atau user. Jika dimanfaatkan dengan tujuan
yang baik dan benar,maka akan menghasilkan dampak positif. Sebaliknya,jika
dimanfaat dengan tujuan untuk merusak atau merugikan,maka akan
menghasilkan dampak negatif.
Part 2
Digital
divide yaitu suatu istilah
yang menerangkan jurang perbedaan antara orang yang mempunyai kemampuan dalam hal akses, dan pengetahuan
dalam penggunaan teknologi modern, dengan orang yang tidak berpeluang menikmati teknologi tersebut.
Menurut Inpres No.3 Tahun 2003 : Digital divide, yaitu
keterisolasian dari perkembangan global karena tidak mampu memanfaatkan
informasi.
Menurut Dr. Craig Warren Smith (Investor Group Against
Digital Divide) : Digital divide (kesenjangan digital) yaitu kesenjangan antara
mereka yang mendapatkan keuntungan dari teknologi dan mereka yang tidak mendapatkannya.
Menurut Donny B.U., M.Si : Istilah "digital
divide" terbentuk untuk menggambarkan kesenjangan dalam memahami,
kemampuan dan akses teknologi. Sehingga muncul istilah “the have” sebagai
pemilik/penggunna teknologi dan “the have not” yang berarti sebaliknya.
Menurut Direktorat Pemberdayaan
Telamatika Departemen Komunikasi dan Informatika.
Digital divide mempunyai arti sebagai
kesenjangan (gap) antara individu, rumah tangga, bisnis, (atau kelompok
masyarakat) dan area geografis pada tingkat sosial ekonomi yang berbeda dalam
hal kesempatan atas akses Teknologi Informasi dan Komunikasi/TIK (Information and Communication Technologies/ ICT) atau telematika dan penggunaan internet untuk beragam
aktivitas. Jadi, digital divide atau “kesenjangan digital” sebenarnya
mencerminkan beragam kesenjangan dalam pemanfaatan telematika dan akibat
perbedaan pemanfaatannya dalam suatu negara dan/atau antar Negara.
Menurut
Sigit Widodo (SW) : Digital divide terjadi karena masalah infrastruktur. Namun
ternyata ada hal-hal lain yang menyebabkannya. Dan salah satunya adalah masih
kurangnya content berbahasa Indonesia.
Yayan
Sopyan (YS) : kesenjangan digital berarti mengenai gap antara kelompok
masyarakat yang bisa menikmati teknologi digital sebagai alat untuk bekerja, berkreasi,
berkreativitas dan menikmati keuntungan-keuntuingan yang diberikan oleh
teknologi digital, dan kelompok masyarakat yang sama sekali tidak mencicipi
itu.
Penyebab Terjadinya Digital Divide :
1. Infrastruktur, Merupakan fasilitas
pendukung, seperti infrastruktur listrik, internet, komputer dan lain. Contoh
kesenjangan infrastruktur, orang yang punya akses ke komputer bisa bekerja
dengan cepat. Ia bisa menulis lebih cepat ketimbang mereka yang masih
menggunakan mesin ketik manual. Orang yang mempunyai akses ke komputer dan ke
Internet, otomatis mempunyai wawasan yang lebih luas ketimbang mereka yang sama
sekali tidak punya akses ke informasi di Internet yang serba luas.
2. Kekurangan Skill (SDM), Sdm sangat berpengaruh dalam ilmu teknologi dan informasi
karena Sdm menentukan bisa tidaknya seorang mengoperasikan/mengakses sebuah
informasi.
3. Kekurangan Isi (Konten) Materi Bahasa
Indonesia, Content berbahasa Indonesia menentukan bisa tidaknya seorang dapat
mengerti mengakses Internet. Di desa-desa, seperti
petani-petani, nelayan mereka masih sangat kurang dalam
menggunakan bahasa asing.
4. Kurangnya Pemanfaatan Akan Internet,
kesenjangan digital, bukanlah
semata-mata persoalan infrastuktur. Banyak orang memiliki komputer, tapi tidak
menghasilkan apapun.
Misal, ada seorang remaja
punya akses ke komputer dan Internet, Tapi yang dia lakukan hanya bermain games.
5. Finansial, penyebab terjadinya digital divide diatas dianggap tidak ada, tapi kemampuan keuangan untuk membeli atau
menyewa peralatan digital tidak ada maka yang terjadi tidak ada yang dihasilkan dengan penguasaan teknologi. Contoh, seorang dari keluarga tidak mampu, untuk memenuhi
kebutuhan primernya saja dalam kehidupan sehari-hari sudah sangat sulit,
bagaimana mungkin dia memikirkan untuk memiliki komputer dan dapat mengakses ke Internet.
Digital Divide Dan Kaitannya Dengan
E-Government :
Inpres No.3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan
Strategi Nasional Pengembangan E-Government menyebutkan bahwa tuntutan
perubahan merupakan motivasi e-government. E-Government merupakan pemanfaatan
teknologi komunikasi dan informasi dalam proses pemerintahan yg akan
meningkatkan efisiensi, efektifitas, transparansi dan akuntabilitas
penyelenggaraan pemerintahan.
Inpres No.3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan
Strategi Nasional Pengembangan E-Government pasal 5 menyebutkan bahwa : Dengan
demikian pemerintah harus segera melaksanakan proses transformasi menuju e-government. Melalui proses
transformasi tersebut, pemerintah dapat mengoptimalisikan pemanfaatan kemajuan
teknologi informasi untuk mengeliminasi sekat-sekat organisasi birokrasi, serta membentuk jaringan sistem
manajemen dan proses kerja yang memungkinkan instansi-instansi pemerintah
bekerja secara terpadu untuk menyederhanakan akses ke semua informasi dan
layanan publik yang harus disediakan oleh pemerintah.
Dengan demikian seluruh lembaga-lembaga negara,
masyarakat, dunia usaha, dan pihak-pihak berkepentingan lainnya dapat setiap
saat memanfaatkan informasi dan layanan pemerintah secara optimal.
Untuk itu dibutuhkan kepemimpinan yang kuat atau keseriusan di masing-masing institusi atau unit
pemerintahan agar proses transformasi menuju e-government dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.”
Dengan
hadirnya e-government secara utuh diharapkan dapat mempermudah, memperlancar,
dan menjadikan pelayanan kepada masyarakat menjadi efektif dan efisien.
Disamping itu diharapkan Indonesia mampu
mengikuti perubahan ke arah globalisasi saat ini.
Perubahan-perubahan
dalam tubuh Indonesia terjadi seiring dengan transformasi menuju era masyarakat
informasi pada dunia. Hal ini sebagai akibat dari perkembangan teknologi
informasi dan komunikasi yang semakin pesat sebagai dampak dari era globalisasi.
Penggunaan
media elektronik sesungguhnya sangat dibutuhkan dalam masyarakat informasi.
Oleh karena itu, Indonesia harus mampu menyesuaikan diri dengan
perubahan-perubahan global tersebut sehingga masyarakat informasi dapat
terwujud. Tapi jika Indonesia tidak mampu menyesuaikan diri dikhawatirkan
adanya kesenjangan digital yang semakin melebar.
Dengan
melihat isu digital divide, pengembangan e-government di Indonesia sangat
penting. Pengembangan e-government
itu sendiri menurut Inpres No.3/2003
merupakan upaya untuk mengembangkan penyelenggaraan kepemerintahan yang
berbasis (menggunakan) elektronik dalam rangka meningkatkan kualitas layanan
publik secara efektif dan efisien.
Melalui pengembangan e-government dilakukan
penataan sistem manajemen dan proses kerja di lingkungan pemerintah dengan mengoptimasikan pemanfaatan teknologi
informasi.
Dampak Positif Digital Divide
Dampak
positif kesenjangan digital bagi sebagian orang/ lembaga/ pebisnis yang belum mengenal atau menerapkan teknologi sehingga termotifasi untuk ikut
ambil bagian dalam peningkatan/penguasaan
teknologi informasi. Teknologi informasi merupakan teknologi masa kini yang
dapat menyatukan atau menggabungkan berbagai informasi, data dan sumber untuk
dimanfaatkan sebagai ilmu bagi kegunaan seluruh umat manusia melalui penggunaan
berbagai media dan peralatan telekomunikasi modern.
Dengan
menggunakan berbagai media, peralatan telekomunikasi dan komputer, teknologi Informasi akan terus berkembang dan mempunyai peranan yang
sangat penting dalam kehidupan dan peradaban umat manusia di seluruh dunia.
Kemajuan peradaban manusia di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi pada abad
informasi ini telah memudahkan manusia berkomunikasi antara satu dengan
lainnya.
Dampak Negatif Digital Divide
Dampak
negatif kesenjangan digital adalah bagi mereka yang
mampu menghasilkan teknologi dan sekaligus memanfaatkan teknologi memiliki
peluang lebih besar untuk mengelola segala sumber daya,
sementara yang tidak memiliki teknologi harus puas sebagai penonton saja.
Akibatnya yang kaya semakin kaya dan yang miskin tetap miskin.
Kemajuan
Teknologi Informasi itu terlahir dari sebuah kemajuan zaman, bahkan mungkin ada
yang menolak anggapan, semakin tinggi tingkat kemajuan yang ada, semakin tinggi
pula tingkat kriminalitas yang terjadi. Kehadiran internet ditengah masyarakat
menimbulkan dampak positif dan Negatif, ibarat sebilah pisau, tergantung
pemakainnya. Bila digunakan untuk hal-hal yang benar dan bermanfaat akan sangat
membantu menyelesaikan pekerjaan, tetapi jika jatuh ditangan orang jahat akan
membahayakan orang lain. Misalnya ; Pembobolan Kartu Kredit. pembobolan kartu
kredit dengan modus mencuri dan memalsukan kartu kredit. Perbuatan ini
menimbulkan kerugian pada pemilik kartu Bank penerbit bahkan merugikan Negara.
Solusi Mengurangi Digital Divide :
Langkah yang terbaik untuk
mengurangi kesejangan digital adalah
1. Menyiapkan masyarakat untuk bisa menangani, menerima,
menilai, memutuskan dan memilih informasi yang tersedia.
2. Penyiapan kondisi
psikologis bagi masyarakat untuk menerima, menilai, memutuskan dan memilih
informasi bagi diri mereka sendiri akan lebih efektif dan efisien
3. Mendewasakan
masyarakat untuk bisa mengelola informasi dengan baik. Dengan kemajuan
teknologi informasi seseorang atau masyarakat akan mendapat kemudahan akses
untuk menggunakan dan memperoleh informasi. Misalnya dengan mengadakan
penyuluhan kesekolah-sekolah tentang penggunaan Internet.
4. Pembangunan fasilitas telekomunikasi antara
kota dan desa, sehingga setiap masyarakat yang ingin mengakses informasi dapat
tercapai dengan tersedianya fasilitas telekomunikasi yang memadai. Wartel dan
Warnet memainkan peranan penting dalam mengurangi digital divide. secara
berkelanjutan memperluas jangkauan pelayanan telepon dan internet, baik di
daerah kota maupun desa.
Secara singkat solusi yang dapat digunakan untuk
mengurangi digital divide, yaitu :
a. Penyedian infrastruktur yang memadai;
b. Memberikan penyuluhan tentang kemajuan teknologi
informasi;
c. Pembangunan fasilitas telekomunikasi antara kota dan
desa.
Kesimpulan
Di era globalisasi saat ini, kebutuhan teknologi
dan jaringan komunikasi meningkat pesat mengharuskan setiap negara untuk dapat
memberikan pelayanan yang berbasis elektronik kepada masyarakat dengan tujuan
untuk mengefektif dan mengefisienkan pelayanan kepada masyarakat. Untuk itu di
butuhkanlah e-government. Namun dalam pelaksanaannya ternyata masih banyak
kendala, terutama terbatasnya ketersediaan infrastruktur yang justru
mengakibatkan digital divide. Digital divide mempunyai arti sebagai kesenjangan
(gap) antara individu, rumah tangga, bisnis, (atau kelompok masyarakat) dan
area geografis pada tingkat sosial ekonomi yang berbeda dalam hal kesempatan
atas akses teknologi informasi dan komunikasi/TIK (information and
communication technologies/ ICT) atau telematika dan penggunaan internet untuk
beragam aktivitas. Jadi, digital divide atau “kesenjangan digital” sebenarnya
mencerminkan beragam kesenjangan dalam pemanfaatan telematika dan akibat
perbedaan pemanfaatannya dalam suatu negara dan/atau antar Negara.
Solusi
yang dapat dipakai untuk mengurangi digital divide ini, antara lain yaitu :
a. Penyedian infrastruktur yang memadai;
b. Memberikan penyuluhan tentang kemajuan teknologi
informasi;
c. Pembangunan fasilitas telekomunikasi antara kota dan
desa.
Literasi Informasi dan Literasi Digital
Kata Literasi informasi merupakan terjemahan kata information
literacy. Sebelum ini istilah yang digunakan dalam Bahasa Indonesia
adalah melek huruf.
Sebagai hasil pertemuan Unesco muncullah
definisi LI sebagai berikut :
Information
literacy encompasses knowledge of one’s information concerns and needs,
and the ability to identify, locate, evaluate, organize, and effectively
create, use and communicate information to address issues or problems at hand;
it is a prerequisite for participating effectively in the Information
Society,and is part of the basic human right of life – long
learning.
Model Literasi Informasi
Keberadaan model memungkinkan untuk mengidentifikasi
berbagai komponen serta menunjukkan hubungan antar komponen. Model juga dapat digunakan untuk
menjelaskan apa yang di maksud dengan literasi informasi.
Model literasi informasi ada 4 yang terkenal yaitu :
1.
The Big 6
2.
Seven
Pillars
3.
Empowering 8
4.
The Seven
Faces of Information Literacy.
1. The Big 6
Model The Big 6 terdiri dari 6 tahap pemecahan masalah,
pada masing-masing tahap dikelompokkan dua sublangkah atau komponen :
1. Definisi tugas : Definisikan masalah informasi yang dihadapi
dan Identifikasi informasi yang diperlukan.
2. Strategi mencari informasi : Menentukan semua sumber yang
mungkin dan Memilih sumber terbaik.
3. Lokasi dan akses : Tentukan lokasi sumber secara intelektual
maupun fisik dan Menemukan informasi dalam sumber.
4. Menggunakan informasi : Hadapi,
misalnya membaca, mendengar, menyentuh, mengalamati dan Ekstrak informasi yang relevan.
5. Sintesis : Mengorganisasikan dari
banyak sumber dan Sajikan informasi
6. Evaluasi : Nilai produk yang
dihasilkan dari segi efektivitas dan Nilai proses, apakah
efisien
Model The Big 6 memiliki kekurangan yaitu merupakan produk komersial yang mensyaratkan hak cipta
dan perlindungan merek dagang sehingga tidak dapat digunakan begitu saja.
2. The Seven Pillars of Information Literacy
Model Tujuh Pilar hendaknya dilihat dari segi peningkatan
mulai dari ketrampilan kemelekan informasi dasar melalui cara lebih
canggih memahami serta menggunakan informasi.
Model 7 Pilar terdiri dari 2 himpunan ketrampilan yaitu : Mengetahui bagaimana menentukan lokasi informasi serrta
mengaksesnya dan Mengetahui bagaimana memahami serta menggunakan
informasi.
Mengetahui Bagaimana
Menentukan Lokasi Informasi Serta Mengaksesnya. Empat
pilar pertama terdiri atas ketrampilan dasar yang disyaratkan untuk menentukan
lokasi serta akses informasi terdiri :
1. Merekognisi kebutuhan
informasi, mengetahui apa yang telah diketahui, mengetahui apa yang tidak
diketahui dan mengidentifikasi kesenjangan antara yang diketahui dengan yang
tidak diketahui
2. Membedakan cara mengatasi
kesenjangan, mengetahui sumber informasi mana yang paling besar peluangnya
memuaskan kebutuhan
3. Membangun strategi untuk
menentukan lokasi informasi. Contoh bagaimana mengembangkan dan
memperbaiki strategi penelusuran yang efektif
4. Menentukan lokasi dan akses
informasi, mengetahui bagaimana mengakses sumbert infotmasi dan memeriksa alat
untuk akses dan temu balik informasi.
Mengetahui Bagaimana Memahami
Serta Menggunakan Informasi. Pilar ke
lima sampai ke tujuh merupakan ketrampilan tingkat lanjut yang diperlukan untuk
memahami serta menggunakan informasi secara efektif :
5. Membandingkan dan
mengevaluasi, mengetahui bagaimana mengases relevansi dan kualitas informasi
yang ditemukan
6. Mengorganisasi, menerapkan
dan mengkomunikasikan, mengetahui bagaimana merangkaikan informasi baru dengan
informasi lama, mengambil tindakan atau membuat keputusan dan akhirnya
bagaimana berbagi hasil temuan informasi tersebut dengan orang lain
7. Sintesis dan menciptakan,
mengetahui bagaimana mengasimilasikan informasi dari berbagai jenis
sumber untuk keperluan menciptakan pengetahuan baru. Bila di gambar
hasilnya sebagai berikut
Ketrampilan dasar literasi informasi (pilar 1 sampai 4)
merupakan dasar bagi semua isu dan topik, dapat diajarkan pada semua tingkat
pendidikan. Ketrampilan tersebut juga diperkuat dan diperkaya melalui
penggunaan berkala serta pembelajaran sepanjang hayat, umumnya melalui program
dan sumber yang disediakan oleh perpustakaan. Untuk mencapai pilar 5
sampai 7, tantangan yang dihadapi lebih besar karena keanekaragaman orang.
3. Empowering Eight (E8)
Tujuannya adalah mengembangkan model
literasi informasi yang akan digunakan untuk negara-negara Asia Tenggara dan
Selatan. Model yang dikembangkan disebut Empowering Eight karena mencakup 8 komponen menemukan dan menggunakan
informasi.
Empowering 8 menggunakan pendekatan pemecahan masalah. Literasi informasi terdiri dari kemampuan untuk :
1. Identifikasi topik/subye, sasaran audiens, format yang relevan,
jenis-jenis sumber
2. Eksplorasi sumber dan informasi yang sesuai dengan topik
3. Seleksi dan merekam informasi yang relevan, dan mengumpulkan kutipan-kutipan yang
sesuai
4. Organisasi, evaluasi dan
menyusun informasi menurut susunan yang logis, membedakan antara fakta dan
pendapat, dan menggunakan alat bantu visual untuk membandingkan dan
mengkontraskan informasi
5. Penciptaan informasi dengan menggunakan kata-kata sendiri, edit,
dan pembuatan daftar pustaka
6. Presentasi, penyebaran
atau display informasi
yang dihasilkan
7. Penilaian output, berdasarkan masukan dari orang lain
8. Penerapan masukan, penilaian, pengalaman yang diperoleh untuk
kegiatan yang akan datang; dan penggunaan pengetahuan baru yang diperoleh untuk
pelbagai situasi.
4. Bruce’s Seven faces of information literacy
Ada tiga strategi yang diusulkannya yaitu :
1. Ancangan perilaku (behaviourist approach), menyatakan untuk dapat digambarkan sebagai
melek informasi, seseorang harus menunjukkan karakteristik tertentu serta
mendemonstrasikan ketrampilan tertentu yang dapat diukur. Pendekatan semacam
itu dianut oleh ACRL dalam standarnya.
2. Ancangan konstrukvis (constructivist approach), tekanan pada pembelajar dalam
mengkonstruksi gambaran domainnya, misalnya melalui pembelajaran berbasis
persoalan,
3. Ancangan relasional, dimulai dengan menggambarkan
fenomena dalam bahasa dari yang telah dialami seseorang.
Adapun 7 wajah literasi informasi digambarkkan dalam
tabel sebagai berikut :
1. Konsepsi teknologi
informasi : Literasi
informasi dilihat sebagai penggunaan teknologi informasi untuk keperluan
temubalik informasi serta komunikasi
2. Konsepsi sumber ke
informasi : Literasi
informasi dilihat sebagai menemukan informasi yang berada di sumber informasi
3. Konsepsi proses
informasi : Literasi
informasi dilihat sebagai melaksanakan sebuah proses
4. Konsepsi pengendalian
informasi : Literasi
informasi dilihat sebagai pengendalian informasi
5. Konsepsi konstruksi
pengetahuan : Literasi informasi dilihat sebagai pembuatan basis pengetahuan pribadi
pada bidang baru yang diminatinya
6. Konsepsi perluasan
pengetahuan : Literasi informasi dilihat sebagai berkarya dengan pengetahuan dan
perspektif pribadi yang dipakai sedemikian rupa sehingga mencapai wawasan baru
7. Konsepsi kearifan : Literasi informasi
dilihat sebagai menggunakan informasi secara bijak bagi kemudaratan orang lain
5. McKinsey Model
Memerlukan 10 ketrampilan untuk melakukan penelitian pada
abad informasi ini (Donaldson, 2004) :
1. Fokus pada topik (persempit topik/perluas ruang lingkup)
2. Bekerja dalam urutan kronologis terbalik, pertama kali
menelusur informasi terbaru
3. Memahami signifikansi terminologi dan tentukan tajuk
subjek yang benar
4. Menganekaragamkan sumber (gunakan buku, majalah, situs
internet, dll)
5. Gunakan strategi Boole (AND,OR,NOT) pada penelusuran
komputer
6. Gandakan sumber sampai tiga kali (identifikasi sebanyak
tiga kali rujukan dari yang diperlukan)
7. Evaluasi secara kritis materi yang ditemubalik; harus
memiliki kecurigaan pada sumber yang berasal dari Web;
8. Asimilasikan informasi; jangan plagiat, masukkan gagasan
sendiri ke dalam topik penelitian
9. Sitir semua sumber
Jenis literasi informasi :
A.
Literasi visual
Kemampuan untuk memahami dan menggunakan citra, termasuk
kemampuan untuk berpikir, belajar, dan mengungkapkan diri sendiri dalam konteks
citra. Literasi visual adalah kemampuan untuk memahami serta menggunakan citra
visual dalam pekerjaan dan kehidupan harian. Literasi visual mencakup integrasi
pengalaman visual dengan pengalaman yang diperoleh dari indera lain seperti apa
yang didengar, apa yang dibau, apa yang dikecap, apa yang disentuh serta apa
yang dirasakan. Kompetensi literasi visual memungkinkan seseorang untuk
memilah serta menafsirkan berbagai tindakan visual, objek dan atau simbol. Dari
situ, seseorang dapat berkomunikasi dengan orang lain, membuat pamflet,
tengara, membuat halaman Web.
B. Literasi media
Kemampuan seseorang untuk menggunakan berbagai media guna
mengakses, analisis serta menghasilkan informasi untuk berbagai keperluan Dalam
kehidupan sehari-hari seseorang akan dipengaruhi oleh media yang ada di sekitar
kita berupa televisi, film, radio, musik terekam, surat kabar dan majalah. Dari
media itu masih ditambah dengan internet bahkan kini pun melalui telepon
seluler dapat diakses.
Definisi literasi media menggunakan pendekatan trikotomi
yang mencakup 3 bidang yaitu literasi media bermakna memiliki akses ke media, memahami media dan menciptakan/mengekspresikan
diri sendiri dengan menggunakan media (Buckingham 2005, Livingstone 2005).
Akses meliputi menggunakan serta kebiasaan media artinay kememapuan menggunakan
fungsi dan kompetensi navigasi(mengubah saluran televisi, menggunakan sambungan
Internet): kompetensi mengendalikan media (misalnya menggunakan sistem
terpasang interaktif, melakukantransaksi melalui Internet); pengetahuan tentang
legislasi dan peraturan lain dalam bidang tersebut (misalnya kebebasan
berbicara, mengungkapkan pendapat, perlindungan privasi, pengetahuan mengenai
materi yang mengganggu, perlindungan terhadap “sampah internet).
Pemahaman artinya memiliki kemapuan untuk
memahami/menafsirkan serta memperoleh perspektif isi media serta sikap kristis
terhadapnya.
Menciptakan mencakup berinteraksi dengan media
(misalnya bebricara di radio, ikut serta dalam diskusi di internet) juga
menghasilkan isi media. Bagi seseorang yang memiliki pengalamanengisi berbagai
jenis media massa membuat seseorang memiliki pemahaman yang lebih baik
tentang dan pendekatan kritis terhadap isi media.
Jadi literasi media adalah masalah ketrampilan,
pengetahuan dan kompetensi, juga tergantung pada institusi, lembaga dan teknik
untuk mediasi informasi dan komunikasi. Secara analitis, konsep literasi media
digunakan pada aras perorangan dan masyarakat.
Istilah media mencakup semua media komunikasi,
kadang-kadang digunakan istilah media massa merujuk ke semua media yang dimaksudkan
untuk mencapai audisi sangat besar seperti televisi siaran dan bayar, radio,
film, surat kabar dan majalah. Sering pula istilah “dalam semua media dan
format” mengacu pada komunikasi dan diseminasi informasi dalam berbagai media
berlainan serta berbagai format (teks, grafik, foto, tabel statistik dll).
Marshall McLuhan dianggap sebagai pencipta istilah “medium is the message”,
artinya isi seringkali tidak dapat dilepaskan dari media khusus yang digunakan
untuk memancarkan berita. Karena itu karena alasan keterbatasan waktu dan
anggaran, berita yang dipancarkan melalui media televisi harus diformat dan
ditata cara paling optimal guna “berita diteruskan”. Singkatnya, berita
dalam media televisi, tidak boleh terlalu panjang, dalam bahasa sederhana dll.
Media interaktif memungkinkan pemakai berinetraksi langsung dengan
gawai komunikasi atau telekomunikasi seperti model “layar sentuh”, kini mulai
banyak digunakan di restoran, hotel, pusat informasi wisata dll.
Literasi media mencakup semuanya dari memiliki pengetahuan
yang dipelrukan untuk menggunakan teknologi media lama dan baru sampai dengan
memiliki hubungan kritis ke konten medua. Tulisan seperti Buckingham (2005),
Livingstone (2005) menyatakan bahwa trikotomi untuk mendefinisikan literasi
media adalah memeliki akses ke media, memahami media dan menciptakan, mengekspresikan diri sendiri menggunakan media.
Liiterasi media mengakui pengaruh harian pada manusia yang berasal dari
televisi, film, radio, musik, surat kabar, dan majalah.
C. Literasi teknologi komputer dan komunikasi lazim
disebut literasi komputer (IFLA ALP 2006)
Literasi komputer artinya kemampuan tahu bagaimana
mengguinakan dan mengoperasikan komputer secara efisien sebagai mesinpemroses
informasi (Horton Jr, 2007). Bagian ini merupakan separuh bagian dari literasi
teknologi informasi dan computer, separo lainnya adalah Literasi media.
Bagian ini terdiri dari: literasi perangkat keras dan
perangkat lunak. Literasi perangkat keras mengacu kepada operator dasar yang
iperlukan untuk menggunakan komputer seperti Personal Computer, Laptop,
Notebook, Tablet Computer serta gawai genggam semacam Blackberry. Ada pun
literasi perangkat lunak mengacu pada himpunan prosedur dan instruksu
tujuan umum yang disyaratkan oleh perangakt keras computer atau telekomunikasi
untuk melaksanakan fungsinya. Dalam LI computer paling utama adalah
perangkat lunak pengoperasian dasar seperti Windows, lembar batang (spreadsheet) untuk data numeric
seperti Excell peramgkat lunak penyajian preesenatsi seperti PowerPoint dan
perangkat lunak penyedia jasa infotmasi untuk menggunakan Internet
termasuk penelusuran WWW. Bagian ketiga adalah luetrasi aplikasi mengacu pada
pengetahuan dan ketrampilan yang diperlukan untuk menggunakan berbagai paket
perangkat lunak tujuan khusus.
D. Literasi jaringan
Merupakan literasi dalam menggunakan jaringa
digital secara efektif, yang banyak berkembang berkat keberadaan
Internet. Bagi pustakawan literasi informasi mensyaratkan perubahan
pikir, dari “kepemilikan” ke “akses” artinya informasi milik perpustakaan
namun dapat diakses oleh publik sehingga menimbulkan pertanyaan seberapa jauh
konsep kepemilikan itu. Dalam konteks ekonomi informasi, hal itu menunjukkan
ciri khas informasi dilihat dari segi ekonomi, misalnya informasi yang telah
dijual akan tetap menjadi milik penjual. Hal itu berbeda dengan penjualan benda
misalnya makanan, sekali dijual maka makanan itu pindah ke tangan pembeli
(Kingma, 2001).
Literasi ini berarti seseorang memahami bagaimana
informasi dihasilkan, dikelola, tersedia, dapat menelusur infromasi dari
jaringan dengan menggunakan berbagai alat telusur, memanipulasi informasi
berjaring dengan kombinasi berbagai sumber, menambahnya atau meningkatkan nilai
informasi dari situasi tertentu.
Bagi manajer informasi termasuk pustakawan perlu ada
perubahan cara berpikir, dari pendekatan kepemilikan ke pendekatan akses dan
ini menuntut kompetensi dalam temu balik informasi dan akses ke sumber daya
elektronik jarak jauh.
E. Literasi kultural
Literasi kultural artinya pengetahuan mengenai, serta
pemahaman tentang, bagaimana tradisi, kepercayaan, simbol dan ikon, perayaan
dan sarana komunikasi sebuah negara, agama, kelompok etnik atau suku berdampak
terhadap penciptaan, penyimpanan, penanganan, komunikasi, preservasi serta
pengarsipan data, informasi dan pengetahuan dengan menggunakan teknologi.
Pemahaman literasi informasi dalam kaitannya dengan literasi kultural adalah
baaimana faktor budaya berdampak terhadap penggunaan teknologi komunikasi dan
informasi secara efisien. Dampak itu dapat positif maupun negatif. Penyebaran
televisi misalnya berdampak hilangnya permainan anak-anak yang secara
tradisional dilakukan waktu terang bulan. Di segi lain, penyebaran
telepon seluler, televisi dan komunikasi nirkabel terjadi sebagai hasil kemauan
penduduk lokal untuk mengakui, menerima dan mengadaptasi teknologi tersebut
dalam budaya masing-masing.
E. Literasi digital
Literasi informasi berbeda dengan literasi digital.
Literasi informasi fokus pada pemahaman kebutuhan informasi seseorang, dilakukan
dengan kemampuan untuk menemukan dan menilai informasi yang televan serta
menggunakannya secara tepat. Literasi informasi mulai banyak digunakan sejak
tahun 1980an.
Istilah literasi digital mulai popular sekitar tahun 2005
(Davis & Shaw, 2011) Literasi digital bermakna kemampuan untul berhubungan
dengan informasi hipertekstual dalam arti bacaan takberurut berbantuan
komputer. Istilah literasi digital pernah digunakan tahun 1980an, (Davis &
Shaw, 2011), secara umum bermakna kemampuan untuk berhubungan dengan informasi
hipertekstual dalam arti membaca non-sekuensial atau nonurutan berbantuan
komputer (Bawden, 2001). Gilster (2007) kemudian memperluas konsep literasi
digital sebagai kemampuan memahami dan menggunakan informasi dari
berbagai sumber digital.; dengan kata lain kemampuan untuk membaca,
menulis dan berhubungan dengan informasi dengan menggunakan teknologi dan
format yang ada pada masanya.
Penulis lain menggunakan istilah literasi digital untuk
menunjukkan konsep yang luas yang menautkan bersama-sama berbagai literasi yang
relevan serta literasi berbasis kompetensi dan ketrampilan
teknologi komunikasi, namun menekankan pada kemampuan evaluasi informasi yang
lebih “lunak” dan perangkaian pengetahuan bersama-sama pemahaman dan sikap
(Bawden, 2008; Martin, 2006, 2008) .
IFLA ALP Workshop (2006) menyebutkan bagian dari literasi
informasi adalah literasi digital, didefinisikan sebagai kemampuan
memahami dan menggunakan informasi dalam berbagai format dari sejumlah besar
sumber daya tatkala sumber daya tersebut disajikan melalui komputer. Sesusia
perkembangan Internet, maka pemakai tidak tahu atau tidak mempedulikan dari
mana asalnya informasi, yang penting ialah dapat mengaksesnya.
Literasi digital mencakup pemahaman tentang Web dan mesin
pencari. Pemakai memahami bahwa tidak semua informasi yang tersedia di Web
memiliki kualitas yang sama; dengan demikian pemakai lambat laun dapat
mengenal9i situs Web mana yang andal dan sahih serta situas mana yang tidak
dapat dipercayai. Dalam literasi digital ini pemakai dapat memilih mesin
pemakai yang baik untuk kebutuhan informasinya, mampu menggunakan mesin pencara
secara efektif (misalnya dengan “advanced search”).
Singkatnya literasi digital adalah himpunan sikap,
pemahaman, keteramnpilan menangani dan mengkomunikasikan informasi dan
pengetahuan secara efektif dalam berbagai media dan format. Ada definisi yang
menyertakan istilah hubung, berhubungan (coomunicating);
mereka yang perspektisi manajemen rekod atau manajemen arsip dinamis
menyebutkan istilah penghapusan (deleting)
dan pelestarian (preserving).
Kadang-kadang istilah penemuan (finding)
dipecah-pecah lagi menjadi pemilihan sumber, penemuan kembali dan pengakaksesan (accessing) (Davis & Shaw, 2011). Walau pun
literasi digital merupakan hal penting dalam abad tempat informasi berwujud
bentuk digital, tidak boleh dilupakan bagian penting lainnya dari literasi
digital ialah mengetahui bila menggunakan sumber non digital.
Menurut Bawden komponen literasi digital terdiri dari
empat bagian sebagai berikut :
1. Tonggak pendukung berupa : Literasi
itu sendiri dan Literasi komputer, informasi , dan teknologi
komunik
2. Pengetahuan latar belakang terbagi atas : Dunia informasi dan Sifat
sumber daya informasi
3. Komptensi berupa : Pemahaman
format digital dan non digital. Penciptaan dan komunikasi
informasi digital. Evaluasi informasi. Perakitan
engetahuan. Literasi informasi. Dan Literasi
media
4. Sikap dan perspektif :
A. Landasan ini mencerminkan ketrampilan
tradisional, di dalamnya termasuk literasi computer yang memungkinkan
sesdeorang mampu berfungsu dalam masyarakat. Menyangkut literasi komouter, ada
pendapat yang mengatakan bahwa literasi computer merupakan bagian dari
literasi digital, namun ada pula yang berpendapat bahwa literasi computer sudah
merupakan bagian literasi informasi. Literasi computer kini dianggap sebagai
literasi saja dalam latar pendidikan atau di bawah tajuk semacam smart
working, basic skills di
tempat kerja (Robinson, 2005).
Literasi ini merupakan keterampilan dasar yang diperlukan
untuk mampu menangani infomasi dan pengetahuan. Literasi tradisional dan
ktrampilan TU tetap diperukan.
B. Pengetahuan latar belakang ini dapat dibagi lebih
lanjujut menjadi dunia informasi dan sifat sumber daya informasi. Jenis
pendidikan ini dianggap dimiliki oleh orang berpendidikan semasa
informasi masih dalam bentuk buku, surat kabar, majalah, majalah akademis,
laporan profesional; umumnya diakses melalui bentuk cetak di perpustakaan.
Ketika Internet berkembang yang memunculkan dokumen elektronik maka pola
komunikasi kepanditan (scholarly communication) atau komunikasi ilmiah (scientific communication) berubah. Bila dulu dikenal
model tradisional Garbey/Griffith yang dimulai dari penelitian sampai ke
penerbitan yang dilakukan secara tradisional, maka kini mucul model
Garvey/Griffith yang sudah dimodernisir karena munculnya dokumen
elektronik (Crawford, Hurd, & Weller, 1996) sehingga terjadi modus
perubahan transfer informasi (Norton, 2000).
C. Kompetensi utama
Dalam literasi digital, yang menjadi kompetensi
utama mencakup :
(1) Pemahaman format digital dan non digital;
(2) Penciptaann dan komunikasi informasi digital;
(3) Evaluasi informasi;
(4) penghimpunan atau perakitan pengetahuan;
(5) Literasi informasi dan
(6) Literasi media (Davis & Shaw, 2011).
Kesemuanya itu merupakan ketrampilan dan kompetensi,
dibuat pada tonggak (nomor i) yang merupakan landasan literasi digital.
Ketramnpilan dan kompetensi tersebut memiliki jangkauan luas dan mungkin
berbeda antara satu negara dengan negara lain. Di sini dapat juga
ditambahkan kompetensi dimensi etis dalam arti pemakai mengetahui
bagaimana mnsitat buku, jurnal, laporan teknis dalam format kertas,
melainkan juga tahu menyitat dokumen yang diterbitkan di Web.
Ada yang menambahkan pada kompetensi utama itu kompetensi
penerbitan n artinya kompetensi menghasilakn swaterbitan di situs pribadi
Web. Kompetensi ini menggunakan berbagai kompetensi yang telah ada sebelumnya
seperti mengunduh dan mengunggah berbagai jenis berkas digital citra, audio,
teks dsb) dengan harapan seseorang menerbitkan informasi bermutu dengan tetap
menghormati hak cipta.
D. Sikap dan perspektif.
Ini merupakan hal yang, menciptakan tautan antara konsep
baru literasi digital dengan gagasan lama tentang literasi. Perseorangan tidak
cukup memiliki ketrampilan dan kompetensi melainkan hal itu harus berlandaskan
kerangka kerja moral,yang diasosiasikan dengan seseorang yang terdirik.
Dari semua komponen literasi digital, mungkin yang paling sulit diajarkan
adalah kerangka kerja moral, namun hal itu paling kuat kedekatannya
dengan istilah informasi dalam akar bahasa Latinnya informare artinya membentuk, memaparkan.
Pembelajaran mandiri dan literasi moral dan sosial
merupakan kualitas yang ada pada seseorang dengan motivasi dan pikiran
mendayagunakan informasi sebaik-baiknya. Ketiga hal tersebut merupakan dasar
pemahaman pentingnya informasi sertaurusan yang baik dengan sumber daya
informasi dan saluran komunikasi serta insentif untuk meningkatkan kemampuan
seseorang ke tingkat yang lebih baik.
Literasi moral menyangkut pemahaman bahwa akses yang
hampir tidak terbatas pada Web diikuti dengan pemahaman bahwa tidak semua
materi yang diunduh itu bebas dari hak cipta.
Keempat komponen dianggap merupakan tunutan yang
berat yang ditujukan pada pemakai informasi. Rasanya berat namun hal tersebut
merupakan keharusan bila seseorang berkecimpung dan berhasil dalam lingkungan
informasi dewasa ini. Dalam hal ini khususnya literasi digital merupakan alat
yang ampuh untuk menghindari masalah dan paradoks dalam perilaku informasi
seperti beban luwih informasi (information
overload), kecemasan informasi, penghindaran informasi dan sejenisnya
(Bawden & Robinson, 2009).
Dunia kini dipenuhi informasi yang diperoleh melalui
berbagai cara seperti berikut :
(1) Manusia menemukan informasi melalui
indera fisik, mental, dan emosi.
(2) Manusia mencari informasi dengan cara
bertanya dan mencarinya.
(3) Manusia memperoleh informasi sebagai
masukan dari manusia lain dan dari berbagai sistem informasi.
(4) Manusia menata informasi dalam benak dan
catatannya dan juga membuat informasi.
Maka manusia akan mencatat atau mengeluh tentang terlalu
banyak informasi di dunia ini. Hal itu bukan hal baru karena pada tahun
1755 Ensiklopedi Denis Dideot mengatakan bahwa peningkatan jumlah materi yang
diterbitkan akan membuat manusia lebih mudah menemukan ulang fakta dengan cara
mengamati alam dariapa menemukan informasi yang tersembunyi dalam banyak materi.
Akhir Perang Dunia 2 juga sering ditandai dengan banyaknya informasi sehingga
muncul istilah seperti ledakan informasi atau banjir informasi. Alvin Tofler
dalam bukunya Future Shock (1970) menggambarkan perubahan
tknologi dan structural pada masyarakat serta mempopulerkan istilahinformation load (beban lebih informasi).
Beban lebih informasi itu menyebabkan timbulnya kecemasan
informasi (information anxiety)
yang timbul akibat kesenjangan yang semakin lebar antara apa yang dipahami
manusia dengan apa yang seyogyanya dipahami manusia. Seperti dikatakan Wurman
(1989) dan business
dictionary, kecemasan informasi adalah lubang hitam (black hole) antara data dengan
pengetahuan, dan apa yang terjadi manakala infortmasi tidak
memberitahukan apa yang diinginkan manusia atau yang perlu diketahui manusia.
Sikap kecemasan informasi menimbulkan penghindaran
informasi (information avoidance)
yang berarti setiap perilaku yang dirancang untuk menghindari atau menunda
akuisisi informasi yang tersedia namun sebenarnya merupakan informasi yang
tidak diinginkan (Frey, 1982; Kate Sweeny et al, 2010). Maka literasi
digital merupakan alat bantu yang ampuh untuk mengatasi masalah dan paradox
perilaku informasi seperti beban lebih informasi, kecemasan informasi,
penghindaran informasi dan sejenisnya (Bawden&Robinson, 2009).
Literasi digital berdampak pada pustakawan karena dia
harus menguasai literasi informasi serta literasi lainnya sehingga memungkinkan
pustakawan mengembangkan kegiatan literasi informasi di lingkungannya.
Pengetahuan latar belakang juga menimbulkan masalah pada
pendidikan pustakawan. Apakah pola pendidikan pustakawan yang didominasi
program sarjana masih diteruskan atau diubah? Pengalaman menunjukkan bahwa
pustakawan yang berbasis sarjana ilmu perpustakaan merasakan kurang bekal ilmu
pengetahuan lain untuk kepentingan pekerjaannya. Maka banyak pustakawan yang
bergelar sarjana ilmu perpustakaan, manakala sudah bekerja, melanjutkan
pendidikan di tingkat pascasarjana bidang lain seperti komunikasi, pendidikan,
sejarah dll.
Keadaan semacam itu mencetuskan gagasan mengapa beberapa
lembaga penyelenggara pendidikan pustakawan lebih memusatkan pada pendidikan
pascasarajana disertai dengan kegiatan riset sedangkan lembaga lain tetap
berkonsentrasi pada program sarjana saja. Juga secara tidak langsung hal itu
Nampak pada usulan Forum Kerjasama Perpustakaan Perguruan Tinggi yang
mengusulkan agar kepala perpustakaan universitas adalah mereka yang bergelar
magister ilmu perpustakaan atau yang lebih tinggi.
Kesimpulan
Literasi informasi mencakup pengetahuan dan kebutuhan informasi seseorang dan kemampuan untuk mengenali, mengetahui lokasi,
mengevaluasi, mengorganisasi dan menciptakan, menciptakan dan mengkomunikasikan
informasi secara efektif untuk mengatasi
isu atau masalah yang dihadapi seseorang. Literasi informasi terbagi atas
literasi visual, media, komputer, jaringan dan IFLA menyertakan
pula literasi digital walau pun hal ini tidak selau disebut-sebut dalam buku
lainnya. Istilah literasi informasi mulai popular sekitar tahun 1980 an, terdiri dari
berbagai jenis literasi.
Informasi digital merupakan himpunan sikap, pemahaman,
dan keterampilan untuk menangani dan mengkomunikasikan informasi dan
pengetahuan secara efektif dalam berbagai media dan format. Istilah literasi
digital mulai popular sekitar tahun 2005. Literasi digital terbagi atas empat
komponen yaitu tonggak literasi, pengetahuan latar belakang, kompetensi utama
dan sikap serta perspektif, masih ditambah dengan kerangka moral.
Part 3
Sistem Pendidikan Di
Era Globalisasi
Di
era globalisasi, Indonesia dituntut untuk melahirkan generasi-gnerasi penerus
yang brilliant. Setidaknya dapat berguna bagi agama, bangsa, dan negara. Oleh
sebab itu, pemerintah mengeluarkan sistem pengajaran terbaru di tahun 2004.
Yang disebut “Kurikulum Berbasis Kompetensi atau lebih dikenal dengan KBK”.
Dengan sistem pengajaran baru tersebut, para siswa diharapkan lebih mudah
menerima pelajaran. Para siswa tidak hanya mencatat dan mendengarkan penjelasan
guru, tetapi juga dilatih untuk berkompetensi. Mereka dilatih mandiri dengan
membentuk kelompok kelompok kecil sesuai pelajaran yang sedang diajarkan. Guru
hanya memberikan inti permasalahan, mereka yang mendiskusikannya.
Selain
KBK, pemerintah juga mengenalkan pembelajaran terbaru. MIND MAPING. Konsep
ini memudahkan siswa untuk mengingat pelajaran. Mind Maping atau peta pikiran
dapat dibuat dengan disertai gambar dan warna warna yang menarik, sehingga
diharapkan, siswa dapat mencerna pelajaran dengan lebih mudah.
Dalam
hal pendidikan bagi siswa/mahasiswa, guru/dosen memegang peranan yang sangat
penting, di mana mereka memberikan perubahan besar dalam kehidupan seseorang.
Melalui
proses seleksi pendidikan, pengajaran dan latihan, individu yang tidak tahu apa
apa berkembang menjadi pribadi dengan dunia di otaknya. Siswa/mahasiswa tumbuh
menjadi yang mampu mengklarifikasikan jati dirinya hingga memperoleh posisi
profesional yang layak dalam bursa tenaga kerja atau masa depannya.
Pemerintah
berupaya memperbaiki sistem pendidikan di Indonesia dalam hal sistem KBM nya.
Apapun kebijakannya tetap menjadi bahan pertanyaan diantaranya;
1.
Apakah kebijakan tersebut sudah maksimal ?
2.
Apakah sudah sesuai dengan yang diharapkan ?
3.
Apakah para siswa sudah bisa menyerap pelajaran dengan
baik ?
4.
Mungkin iya, tapi aplikasinya ke masyarakat bagaimana?
Sekolah
adalah tempat di mana setiap individu dididik agar mempunyai
1.
Moral yang baik
2.
Etika yang baik,
3.
Akhlak yang baik, sehingga berguna bagi agama,
masyarakat, dan bangsa.
Tengoklah,
pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan misalnya, dibahas secara lengkap dari
Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas mulai dari hal hal kecil, salam,
memotong kuku, hingga tenggang rasa dan toleransi beragama. Tapi kita lihat,
apakah segi moral sebagai WNI yang baik dapat kita pertahankan? terkait kita
adalah makhluk sosial dan beragama. Atau pelajaran pelajaran tersebut hanya
sekedar transfer ilmu?(Transfer of Knowladge) yang penting kita tahu, paham,
dapat menjawab soal ulangan, ujian sekolah 10, selesai. Tapi??kosong, tak
berbekas. Mereka tidak mengaplikasikan apa apa yang guru mereka ajarkan.
Pada
hal idealnya, sebuah proses pendidikan harus mampu mentransfer ilmu dan
transfer nilai atau moral (Transfalr of Value).
Apalagi,
di sekolah sekolah negeri khususnya di mana pelajaran Agama hanya mendapat
porsi 1 jam dalam 1 minggu. Negara dengan bermacam kepercayaan.
Namun,
patutlah kita berbangga, bahwa mulai tahun ini, pendidikan Agama menjadi Ujian
Nasional dan turut menentukan standar kelulusan.
Fenomena
yang terjadi sekarang, mulai jenjang pendidikan TK hingga SMA di mana
masyarakat luas khusunya yang taraf ekonominya menengah keatas, mereka lebih
mempercayai pendidikan putra-putrinya ke sekolah swasta di bandingkan sekolah
negeri sekalipun sekolah negeri tersebut sudah mendapat predikat standar
International.
Sekolah-sekolah
swasta di beberapa kota besar di Indonesia terbukti menjadi ‘wadah’ yang
berhasil meluluskan siswa siswanya agar berakhlak mulia, tentu dengan konsep
yang terintegritas dengan pelajaran pelajaran umum lainnya.
Ki
Hadjar Dewantara menyatakan tujuan pendidikan adalah “Pendidikan sebagai
penyokong kodrat alami anak-anak, agar mereka dapat mengembangkan kehidupan
lahir dan bathinnya menurut kodrat masing-masing. Pengetahuan dan kepandaian
bukan tujuan melainkan merupakan alat (perkakas) untuk meraih kematangan jiwa
yang akan dapat mewujudkan hidup dan penghidupan yang tertib dan suci, serta
bermanfaat bagi orang lain”.
Intinya,
pendidikan harus berorientasi kepada kematangan integritas dan kapabilitas-
pribadi untuk suatu perubahan sosial dalam masyarakat.
Pendidikan
di Sekolah mengemban misi menjadi wahana konservasi nilai-nilai
1.
Agama.
2.
Membangun,
3.
Menumbuh kembangkan,
4.
Membentuk,
5.
Membina, dan
6.
Mengarahkan potensi yang di miliki siswa/mahasiswa
7.
Menjadi mediator dalam menghantarkan anak didik
memasuki zaman, sejarah, dan mampu menhadapi tantangan zaman yang penuh dengan
perubahan.
Dengan
tujuan misi pendidikan diharapkan masing-masing peserta didik baik secara
individual maupun sebagai mahluk sosial, diharapkan mendapatkan kemampuan dasar
berupa pengetahuan, ketrampilan, dan sikap terpuji dan bermartabat sesuai usia
perkembangannya sebagai bekal hidup dan kehidupannya.
Potensi
dasar (fithrah) manusia seperti ; potensi intelektual ( fikriyah), emosional
(ruhiyah), dan fisik (jasadiyah) merupakan anugerah dari Allah yang perlu
ditumbuhkan, dikembangkan, dibina, dan diarahkan dengan baik, benar dan
seimbang. Program pendidikan terpadu diharapkan menjadi salah satu sarana untuk
menumbuhkan, mengembangkan, membina, dan mengarahkan potensi-potensi dasar yang
dimiliki anak didik.
Jadi,
tidak dapat disangkal lagi, bahwa pembinaan ruhiyah pada khususnya sangat
mempengaruhi kepribadian para siswa, di mana ruhiyah mereka dibina dengan
metode metode yang akan mengembalikannya kepada fitrahnya. Sehingga jika saat
ini, banyak anak anak yang walaupun sudah mengenyam pendidikan agama di sekolah
pun, masih belum dapat menjadi generasi yang diharapkan dalam kemajuan bangsa
ini.
Part
4
E-business
(Electronic-business) merupakan suatu istilah yang digunakan untuk memberi nama pada kegiatan
bisnis yang dilakukan dengan menggunakan teknologi internet.
Era E-business telah
mengakibatkan perubahan-perubah-an yang cukup mendasar pada perusahaan dalam kegiatan
bisnisnya.
Perubahan tersebut antara lain:
1.
Pemasaran dapat
dilakukan secara luas dengan tingkat kompetisi yang
lebih tinggi.
- Pertumbuhan dan perkembangan industri dan perusahaan sangat bergantung pada informasi dan pengetahuan.
- Produktivitas lebih ditekankan dari pada formalitas kehadiran di tempat kerja.
- Produk-produk dan layanan baru dapat didapat dalam komunitas e-business, tetapi usia produk menjadi sangat pendek.
- Struktur organisasi menjadi flat dan meningkatkan fleksibilitas serta penekanan biaya.
- Kerja tim lebih ditekankan untuk memberi respon atau menciptakan inovasi-inovasi baru.
Manfaat E-business :
1.
Memperpendek
jarak
- Perluasan pasar
- Perluasan jaringan mitra kerja
- Biaya terkendali
- Efisien
- Cash flow terjamin
- Manfaat lainnya : meningkatkan citra perusahaan, meningkatkan layanan konsumen, menyederhanakan proses, meningkatkan produktivitas, mempermudah akses informasi, mengurangi biaya transportasi dan meningkatkan fleksibilitas.
Keunggulan E-business :
1.
Efisiensi (tidak banyak tenaga kerja)
- Without boundary
- Nonstop/ 24 jam online
- Interaktif
- Hyerlink (saling berhubungan)
- No cencorship
Kendala E-business di Indonesia :
1.
Belum adanya
budaya high trust di masyarakat
- Sarana belum memadai
- Skill SDM masih rendah
- Layanan pendukung masih minim (transportasi, teknologi perbankan, dll)
- Banyaknya kasus kejahatan di internet
- Fixprices / Harga di internet tidak bisa ditawar
- Bersifat maya, barang tidak dapat dipegang
Macam-macam
E-product :
1.
Produk
informasi dan hiburan. Misalnya: koran, majalah, jurnal, poster,
gambar, film, lagu dll
- Produk simbol. Misalnya tiket pesawat, tiket kereta, tiket konser musik, tiket bioskop, reservasi hotel, dll
- Produk jasa. Misalnya: pendidikan, konsultasi jarak jauh, dll
- Produk barang. Misalnya: buku, bunga, kosmetik, komputer, dll
- Produk keuangan. Misalnya: tabungan, transaksi perbankan, asuransi dll.
E-commerce Merupakan transaksi
perdagangan yang dilakukan lewat internet. E-commerce melibatkan individu dan
organisasi yang tidak dibatasi oleh batas oleh ruang dan waktu.
E-commerce memiliki pengertian
Electronic-commerce merupakan transaksi perdaga-ngan yang dilakukan melalui
internet.
Sifat-sifat
unik dari teknologi e-commerce:
1.
Kegiatan Internet bisa dilaksanakan di mana saja
- Daya jangkau luas
- Standar universal
- Interaktif
- Padat informasi
- Personalisasi
Pertumbuhan
e-Commerce :
1.
Dimulai sejak
1994
- Penjualan tahun 2000 US$ 50 milyar
- Penjualan tahun 2004 US$ 200 milyar
- Hanya 10% dari perusahaan e-commerce sejak tahun 1994 yang bertahan hingga sekarang.
Tugas Kelompok :
Kelompok1 :
1. Pentingkah
pendidikan jarak jauh dilakukan di
perguruan tinggi?
2. Jelaskan
dampak positif dan negatif dari penyelenggaraan pendidikan jarak jauh.
3. Susunlah
dalam bentuk laporan kemudian diskusikan dan presentasikan di depan kelas.
Kelompok 2 :
1. Bagaimana Metodelogi untuk digital
devided, Digital literasi dan informasi Literasi?
2. Jelaskan
dampak positif dan negatif dari digital
devided, Digital literasi dan informasi Literasi.
3. Susunlah
dalam bentuk laporan kemudian diskusikan dan presentasikan di depan kelas.
Kelompok 3 :
1. Jelaskan Perkembangan komputer di era
globalisasi?
2. Jelaskan
dampak positif dan negatif dari Perkembangan
komputer di era globalisasi terhadap pertumbuhan dunia pendidikan dan
perkembangan sikap/mental pelajar.
3. Susunlah
dalam bentuk laporan kemudian diskusikan dan presentasikan di depan kelas.
Kelompok 4 :
1. Jelaskan Konsep dam Metodelogi
perkembangan ecomerse dan ebusiness di Indonesia?
2.
Jelaskan dampak positif dan negatif perkembangan ecomerse dan ebusiness di
Indonesia.
3.
Susunlah dalam bentuk laporan kemudian
diskusikan dan presentasikan di depan kelas.
Penilaian dari :
1. Setiap tugas kelompok dipresentasikan dan
didiskusikan dikelas .
2. Penilaian berdasar :
3. Penyelesaian tugas lengkap dengan gambar
4. Aktifitas mahasiswa saat diskusi
5. Setiap tugas di email dengan format
word/pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar